Connect with us

Internasional

Hari Ini 52 Tahun Lalu, Che Guevara Ditangkap Tentara Bolivia, Esoknya Langsung Dieksekusi

Published

on

Kabarpolitik.com- Hari ini 52 tahun yang lalu pemimpin gerilyawan Kuba, Ernesto ‘Che’ Guevara, bersama pengikutnya ditangkap di Bolivia. Keesokan harinya Che langsung dieksekusi. Seperti dikutip dari wikipedia, operasi penangkapan Guevara dirancang oleh agen divisi aktivitas khusus CIA, Félix Rodríguez, orang Kuba yang hidup di pengasingan. Rodriguez tak bekerja sendiri, dia dibantu Klaus Barbie. Keduanya berkolaborasi memberikan masukan pada pasukan Bolivia untuk menangkap Che di Bolivia.

Pada 7 Oktober 1967, seorang informan memberitahukan lokasi perkemahan Guevara di jurang Yuro kepada Pasukan Khusus Bolivia. Esok paginya 8 Oktober, mereka mengepung kawasan tersebut dengan dua batalion tentara berjumlah 1.800-an. Terjadi kontak senjata antara tentara Bolivia dengan pasukan Guevara. Di tengah berkecamuknya pertempuran, Guevara terluka dan ditangkap. Penulis biografi Che, Jon Lee Anderson, melaporkan catatan dari seorang sersan Bolivia, Bernardino Huanca yang ikut dalam operasi tersebut. Dia mengatakan, saat Rangers Bolivia mendekati Guevara, Guevara telah tertembak dua kali, dan pistolnya sudah tidak berguna lagi. Dia menyerah, menjatuhkan senjatanya.

“Jangan tembak! Aku adalah Che Guevara dan aku lebih berharga bagi kalian dalam keadaan hidup daripada mati,” begitu kalimat yang dilontarkan Che ketika menyerah.

Guevara diikat dan dibawa ke sebuah sekolah di dekat desa La Higuera pada sore harinya. Che menolak untuk diinterogasi oleh para perwira Bolivia dan hanya berbicara dengan suara yang pelan kepada para tentara Bolivia. Salah seorang tentara Bolivia yang juga pilot helikopter bernama Jaime Nino de Guzman mengungkapkan, kala itu Che tampak dalam keadaan buruk.

Menurut Guzman, betis kanan Guevara tertembak. Rambutnya kusut dan kotor, pakaiannya robek-robek, dan kakinya ditutupi dengan sarung kulit. Meskipun berpenampilan lesu, Che terlihat tetap tegar. Ia menegakkan kepalanya, melihat orang langsung dengan matanya. Dia tak sungkan meminta rokok pada Guzman. Guzman memberikan sekantong kecil tembakau untuk pipanya, dan Guevara kemudian tersenyum dan berterima kasih kepadanya.

Meski sudah tertangkap. Che tak putus melawan. Pada malam 8 Oktober, Guevara dengan tangan yang terikat berhasil menendang seorang perwira Bolivia, Kapten Espinosa, lanntaran Espinosa mencoba mengambil pipa Guevara dari mulutnya sebagai cendera mata. Guevara juga pernah meludahi wajah Laksamana Muda Bolivia Ugarteche, yang berusaha menginterogasi Guevara beberapa jam sebelum Guevara dihukum mati.

Pada pagi 9 Oktober, Guevara minta dipertemukan dengan seorang guru wanita berusia 22 tahun di desa tersebut yang bernama Julia Cortez. Keduanya berbincang soal kondisi sekolah yang buruk. Dia melihat dunia pendidikan di Bolivia begitu kontras dibanding dengan kemewahan para pejabatnya. Banyak sekolah kondisinya tidak layak, sementara pejabat asyik numpak mobil Mercedes. “Hal inilah yang harus kita lawan,” ujar Che.

Pada hari yang sama, Presiden Bolivia René Barrientos memerintahkan agar Guevara dibunuh. Perintah tersebut dikirimkan oleh Félix Rodríguez kepada satuan yang menahan Guevara, meskipun pemerintah Amerika Serikat sebelumnya sudah meminta agar Guevara dibawa ke Panama untuk diinterogasi.

Relawan yang mengajukan diri sebagai eksekutornya adalah Mario Terán, seorang sersan alkoholik berusia 27 tahun dari angkatan darat Bolivia. Teran siap melaksanakan perintah itu untuk membalas kematian tiga temannya dari Kompi B yang tewas dalam pertempuran melawan kelompok gerilyawan Guevara.

Agar luka tembaknya sesuai dengan cerita yang telah dirangkai oleh pemerintah Bolivia. Rodríguez memerintahkan Terán agar tidak menembak kepala Guevara, agar seolah-olah Guevara gugur dalam pertempuran.

Sebelum dieksekusi, Che diarak oleh Rodríguez ke hadapan para tentara Bolivia. Sesudah itu, Rodríguez memberitahu kepada Guevara bahwa ia akan dihukum mati. Guevara ditanyai seorang tentara Bolivia, apakah ia memikirkan tentang keabadiannya. “Tidak. Aku hanya berpikir tentang keabadian revolusi,” begitu jawab Che.

Beberapa menit kemudian, Sersan Terán masuk ke dalam gubuk dan langsung mengarahkan pistol karbin M2 miliknya ke arah Che. Tembakan tersebut mengenai Guevara di bagian lengan dan tungkainya. Saat Guevara menggeliat kesakitan, Terán menembak lagi. Fatal tembakan ini mengenai dada Guevara. Che pun tewas pada saat itu juga.

Hingga kini Che dikenal sebagai  pejuang revolusi lintas negara, lintas benua, dokter, penulis, pemimpin gerilyawan, diplomat, dan pakar teori militer. Wajah pria kelahiran Rosario, Argentina, 14 Juni 1928 ini menjadi simbol semangat perlawanan bagi para aktivis. [sgh]

Source

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *