Connect with us

Internasional

Mr Mur Jangkung Tewas Ditangan Bala Tentara Sultan Agung

Published

on

Kabarpolitik.com- Hari ini 390 tahun yang lalu, Gubernur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Jan Pieterszoon Coen meninggal dunia. Menurut wikipedia, ada dua versi berbeda terkait penyebab kematian Coen. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena kolera. Versi lainnya meyakini Coen tewas akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram.

Jasad JP Coen dimakamkan di Stadhius (kini Museum Sejarah Jakarta) lalu dipindahkan ke de Oude Hollandsche Kerk (kini Museum Wayang). Namun, beberapa sejarawan meragukan jasad J.P Coen terdapat di tempat tersebut. Untuk mengenang Gubernur Jenderal JP Coen, pemerintah kolonial Belanda mendirikan monumen dan patung Coen.

Gubernur Jenderal VOC (1619-1623 dan 1627-1629) ini, dibuat patungnya pada 1869, bertepatan dengan 250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal Pieter Mijer (1866-1872). Patung Coen berdiri dengan angkuh sambil menunjuk jari telunjuknya dengan mottonya yang terkenal: Dispereert Niet (“pantang berputus asa”).

Setelah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung Putih yang kini jadi Gedung Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, patung dari tembaga ini pun digusur dan dihancurkan pada 7 Maret 1943 pada masa pendudukan Jepang.

Pada masa kolonial Belanda, ulang tahun Jakarta selalu diperingati pada 30 Mei. Sebab pada tanggal tersebut tahun 1619, Coen menghancurkan Jayakarta.

Kejadian tersebut berawal pasca Coen diangkat menjadi gubernur jenderal pada 18 April 1618. Coen yang resmi memangku jabatan gubernur jenderal pada 21 Mei 1619 tidak tahan melihat perilaku orang Banten dan orang Inggris di Jayakarta.

Maka ia pun memindahkan kantor Kompeni ke Jakarta dan membangun pertahanan. Pada 30 Mei 1619 dia menaklukkan Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia (Batavieren).

Awalnya ia mau mengubah nama kota ini menjadi Nieuw Hoorn seperti kota kelahirannya. Tetapi usul itu ditolak pimpinan VOC di Belanda. Nama Batavia diberikan untuk menghormati Suku Batavia yang dianggap sebagai leluhur bangsa Belanda dan digunakan sampai tahun 1942.

Penduduk Batavia memberi julukan Mur Jangkung pada J.P Coen, tetapi tidak jelas apa yang menyebabkan ia diberi julukan tersebut. Secara fisik, ia memang bertubuh kurus dengan tinggi di atas rata-rata. Pendapat lain menyebutkan bahwa julukan tersebut berasal dari karya sastra jawa pra-kolonial berjudul Moer Djang Koeng di mana orang pribumi melafalkannya sebagai Mur Jangkung.[sgh]

Source

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *