Connect with us

Internasional

Tentara AS Korban Rudal Iran Berjatuhan, Jumlahnya Capai 64 Orang

Published

on

Kabarpolitik.com – Departemen Pertahanan AS merilis jumlah terbaru tentara AS yang mengalami cedera otak traumatis setelah serangan rudal balistik Iran di Pangkalan Udara Ayn Al Asad di Irak bulan ini. Dari data awal hanya 14 orang, pada Kamis (30/1/2020) meningkat menjadi 64 orang.

Melansir media Iran, jumlahnya yang terus meningkat sejak serangan 8 Januari, menjadi indikator jelas bahwa efek dari rudal ini tidak langsung terlihat tetapi perlahan-lahan dirasakan efeknya. Sejauh ini, para korban ini, delapan sedang dirawat di Amerika Serikat, sementara 21 orang dirawat di Landstuhl, Jerman, dan 39 telah kembali bertugas di Irak.

Sekretaris Pertahanan Mark T. Esper, berbicara kepada wartawan selama konferensi pers bersama Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark A. Milley, mengatakan pada hari Kamis bahwa Pentagon menganggap jenis-jenis cedera itu “sangat serius.”

Sebelumnya, Presiden Trump tampaknya mengabaikan cedera otak pada konferensi pers di Davos, Swiss, pekan lalu. “Saya dengar mereka sakit kepala,” kata Trump.

“Saya tidak menganggap mereka cedera yang sangat serius dibandingkan dengan cedera lain yang saya lihat,” kata Trump.

Namun, Esper membela Presiden usai pernyataannya Kamis. “Dia sangat peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan semua anggota layanan kami, terutama yang terlibat dalam operasi kami di Irak,” kata Esper.

Diketahui, rudal balistik yang menghantam pangkalan AS di Irak diluncurkan oleh Iran sebagai balasan atas pembunuhan seorang jenderal top Iran, Qassim Suleimani, oleh serangan pesawat tak berawak Amerika di Baghdad pada 3 Januari.

Untuk menghadapi ancaman rudal balistik Iran, yang dapat mencapai jarak lebih dari seratus mil dan menghindari pertahanan rudimenter, Pentagon mencari cara dengan memindahkan pertahanan udara Patriot ke Irak.

Tetapi sementara baik Esper dan Jenderal Milley mengatakan mereka percaya senjata itu diperlukan untuk pertahanan Amerika, pemerintah Irak saat ini menahan penyebaran senjata. “Itu adalah salah satu hal yang harus kita selesaikan dan selesaikan” dengan pemerintah Irak, kata Esper.[asa]

Source

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *