Connect with us

Internasional

Di Singapura, Tak Ada Pasien Covid-19 yang Kambuh Usai Sembuh

Published

on

Kabarpolitik.com – Sejumlah negara mencatat kasus kambuh pasien Covid-19 yang sembuh. Namun, sejumlah peneliti juga masih menyelidiki mengapa kasus itu bisa terjadi. Tiongkok dan Korea Selatan mencatat beberapa kasus kambuh.

Sementara, di Singapura belum ada kasus infeksi ulang atau kambuh di antara pasien Covid-19 yang pulih menurut laporan Pusat Nasional Penyakit Menular (NCID) Kamis (16/7). Hanya saja, ada beberapa laporan tentang penurunan progresif dalam tingkat antibodi pada pasien yang pulih. Kondisi ini perlu dievaluasi lebih lanjut. Antibodi dalam sistem kekebalan tubuh manusia membantu tubuh melawan virus Korona yang menyerang.

“Pentingnya laporan ini dan implikasi klinis tetap menjadi bidang yang harus dipelajari lebih lanjut,” kata Direktur Eksekutif NCID Profesor Leo Yee Sin, seperti dilansir dari Straits Times, Kamis (16/7).

Surat kabar The Star melaporkan pada 14 Juli bahwa sebuah penelitian di Malaysia telah menunjukkan tingkat antibodi pada pasien telah menurun tajam tiga bulan setelah mereka pulih. Ini menimbulkan pertanyaan tentang risiko pasien kambuh.

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Dr. Noor Hisham Abdullah sebelumnya mengatakan bahwa jika antibodi tidak permanen, kekebalan kawanan tidak bisa tercipta. Tubuh memproduksi berbagai jenis antibodi untuk melawan patogen selama infeksi tetapi tidak semuanya dapat menetralkan virus. Kondisi ini juga dikhawatirkan akan membingungkan peneliti dalam pengembangan vaksin dan efektivitasnya.

Vaksin bekerja dengan menstimulasi sistem kekebalan manusia untuk meningkatkan respons perlindungan. Jaringan kekebalan tubuh manusia yang kompleks membantu tubuh menyingkirkan virus. Namun Wakil Direktur Program Penyakit Menular Profesor Ooi Eng Eong, mengatakan bahwa antibodi hanyalah satu bagian dari respon imun yang akan melindungi pasien dari infeksi ulang.

“Menggunakan tingkat antibodi saja untuk menyimpulkan kekebalan bisa menyesatkan,” jelas Prof Ooi.

Studi ini melibatkan ilmuwan dari Duke-NUS Medical School, Universitas Nasional Singapura (NUS) Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin, Singapore General Hospital dan NCID diterbitkan dalam jurnal ilmiah bergengsi Nature pada Rabu (15/7). Salah satu penulis yang terlibat dalam penelitian ini, NUS Associate Professor Tan Yee Joo, mengatakan para peneliti telah memulai studi pada pasien yang pulih untuk menentukan apakah kekebalan mereka bisa bertahan selama periode waktu yang lama.

“Ini sangat penting untuk pengembangan vaksin dan untuk menjawab pertanyaan tentang infeksi ulang,” tutup Prof Tan.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *