Connect with us

Internasional

Militer Myanmar Makin Brutal, 20 Warga Tewas, Dakwaan Suu Kyi Ditambah

Published

on

Kabarpolitik.com – Junta militer Myanmar menempuh segala cara agar tetap berkuasa. Senin (1/3) mereka menambah jerat dakwaan kriminal untuk pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi. Dia sekarang dituduh melanggar Undang-Undang Komunikasi dan berusaha menghasut keresahan publik.

”Kami tidak bisa memastikan berapa banyak lagi kasus yang akan dihadapi Suu Kyi saat ini. Apa pun bisa terjadi di negara ini sekarang,” ujar Khin Maung Zaw, pengacara Suu Kyi, seperti dikutip Agence France-Presse.

Sebelumnya, saat ditangkap, Suu Kyi didakwa memiliki walkie-talkie ilegal dan melanggar aturan pencegahan Covid-19 terkait dengan kampanye tahun lalu. Sejak kudeta bergulir, Suu Kyi langsung ditahan. Tokoh 75 tahun itu tidak pernah muncul di hadapan publik. Dia menjadi tahanan rumah di Naypyidaw.

Junta militer juga kian brutal dalam menghadapi aksi massa yang menuntut demokrasi. Mereka tidak ragu menembakkan peluru asli. PBB mengungkapkan, dalam aksi Minggu (28/2), sebanyak 18 orang warga sipil tewas tertembus timah panas militer Myanmar. Sekitar 30 orang lainnya luka-luka. Democratic Voice of Burma dan beberapa media lokal malah menyebut jumlah korban jiwa sekitar 20 orang.

”Kami mengutuk kekerasan mengerikan pasukan keamanan Burma kepada rakyatnya dan akan terus mendorong pelakunya bertanggung jawab,” cuit Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Itulah tindakan terbrutal junta militer sejak kudeta berlangsung 1 Februari lalu. Sepekan setelahnya massa baru turun ke jalan. Makin hari jumlah demonstran kian besar. Junta militer juga menaikkan kekuatan untuk melumpuhkan demonstran secara berkala. Mulai menggunakan water cannon lebih dulu, lalu ditambah gas air mata, disusul peluru karet, dan belakangan ini mulai memakai peluru asli.

Asosiasi Pendampingan untuk Tahanan Politik mengungkapkan, sejak kudeta, ada sekitar 30 demonstran yang dibunuh junta militer di berbagai wilayah. Bukan hanya itu, total 1.100 demonstran juga telah ditangkap. Dalam aksi akhir pekan lalu, ada ratusan aktivis yang ditahan.

Massa yang ditangkap di Yangon ditahan di Penjara Insein. Itulah penjara tempat para aktivis demokrasi kenamaan Myanmar menjalani hukuman penjara. Beberapa jurnalis yang mendokumentasikan serangan junta militer juga ditahan. Salah satunya, fotografer Associated Press yang bertugas di Yangon.

Meski korban mulai berjatuhan, penduduk tidak peduli. Mereka tetap melakukan aksi seperti biasa kemarin. Informasi dakwan tambahan ke Suu Kyi juga membuat mereka kian berang. Massa merasa wajib bergerak karena merasa bertanggung jawab atas masa depan anak-anak mereka nanti.

”Saya berada di garis depan karena tak ingin putra saya tumbuh pada era yang keji seperti sekarang,” terang Eric, salah seorang demonstran yang memiliki putra berusia 10 bulan.

Bentrokan sempat mewarnai aksi kemarin. Massa di Yangon memanfaatkan bambu, sofa, dan pohon untuk membuat barikade di berbagai titik. Militer akhirnya menggunakan gas air mata, peluru karet, dan granat kejut untuk membubarkan massa. Dua reporter kantor berita Xinhua juga dilaporkan tertembak peluru karet saat meliput di persimpangan Myaynigone.

Rencananya, para menteri luar negeri negara-negara ASEAN mengadakan rapat untuk mendiskusikan krisis di Myanmar.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *