Internasional
5 Indikasi Bahwa Perekonomian Tiongkok Dinilai Melambat

Kabarpolitik.com – Ekonomi Tiongkok dinilai melambat. Situasi tersebut menjadi tantangan bagi Presiden Xi Jinping yang bakal maju 3 periode. Target pertumbuhan tahunan 5,5 persen. Tiongkok nyaris menghindari kontraksi pada kuartal April hingga Juni.
Tiongkok tidak mengalami inflasi yang tajam seperti AS dan Inggris, tetapi memiliki masalah lain. Ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan ekonomi utama dunia seperti AS juga menghambat pertumbuhan.
Kondisi ini terjadi pada saat Presiden Xi Jinping mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kongres Partai Komunis (CPC) yang dimulai pada 16 Oktober. Sejumlah catatan menjadi tanda ekonomi Tiongkok melambat.
1. Kebijakan Nol Covid-19 Berimbas Kesulitan
Wabah Covid-19 di beberapa kota, termasuk pusat manufaktur seperti Shenzhen dan Tianjin, telah mengganggu aktivitas ekonomi di berbagai industri. Warga juga tidak menghabiskan uang untuk hal-hal seperti makanan dan minuman, ritel atau pariwisata karena penguncian.
2. Lapangan Kerja Makin Sulit
Beijing berusaha meningkatkan usaha kecil, infrastruktur, dan real estate. Tetapi para pejabat sudah berbuat lebih banyak untuk memicu pengeluaran guna memenuhi target pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja. Ini termasuk lebih banyak berinvestasi di infrastruktur, meringankan persyaratan pinjaman untuk pembeli rumah, pengembang properti dan pemerintah daerah, dan keringanan pajak untuk rumah tangga.
Anak-anak muda dikabarkan menganggur. Puluhan ribu pekerja muda kehilangan pekerjaan. Situasi itu menambah krisis pekerjaan di mana satu dari lima orang berusia 16 hingga 24 tahun menganggur. Hal ini dapat merugikan produktivitas dan pertumbuhan Tiongkok dalam jangka panjang.
3. Pasar Properti Tiongkok Lesu
Lemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di sektor perumahan tidak diragukan lagi memperlambat pertumbuhan. Situasi ini telah memukul ekonomi secara keras. Padahal properti menyumbang hingga sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok.
Terlepas dari upaya Beijing untuk menopang pasar real estate, harga rumah di sejumlah kota telah anjlok lebih dari 20 persen tahun ini. Pengembang properti di bawah tekanan. Analis mengatakan pihak berwenang mungkin harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan kepercayaan di pasar real estate.
4. Perubahan Iklim Perburuk Keadaan
Cuaca ekstrem mulai berdampak jangka panjang pada industri Tiongkok. Gelombang panas yang parah, diikuti kekeringan, melanda provinsi barat daya Sichuan dan kota Chongqing pada Agustus. Ketika permintaan AC melonjak, itu berimbas pada jaringan listrik di wilayah yang hampir seluruhnya bergantung pada tenaga air.
5. Raksasa Teknologi Tiongkok Kehilangan Investor
Tindakan keras regulasi terhadap raksasa teknologi Tiongkok tidak membantu. Tencent dan Alibaba melaporkan penurunan pendapatan pertama mereka di kuartal terakhir. Laba Tencent turun 50 persen, sementara laba bersih Alibaba turun setengahnya.
