Nasional
5 Langkah Membangun Ekosistem Tashih konten Keislaman
JAKARTA— Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Arif Fahrudin, menguraikan lima langkah untuk membangun ekosistem tashih konten keislaman.
Kiai Arif menjelaskan, yang pertama, konsolidasi penulis konten keislaman kebangsaan. Menurut dia, media punya peran sangat penting untuk menyebarkan informasi atau kegiatan yang kita buat sehingga apa yang ingin disampaikan bisa diketahui khalayak umum. Kedua, kedaulatan sistem informasi. Sekarang semua orang bisa memproduksi konten dan informasi.
“Kita berada dalam era tsunami informasi. Semua platform media sosial dimiliki oleh negara-negara Barat. Dunia Islam hanya menjadi ladang konsumen saja,” jelasnya dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) ke-IV Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI) di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Dia melanjutkan yang ketiga, penguatan sinergi jejaring intelektual pondok pesantren dan perguruan tinggi. Menurutnya, perlu ada pertemuan intelektual pesantren dan perguruan tinggi yang intensif sehingga mereka membuat konten dan kontennya bisa dipertanggungjawabkan.
Keempat, imbuh dia, penguatan literasi konten keislaman dan kebangsaan. Keislaman dan kebangsaan adalah dua hal yang saling melengkapi dan jangan dibentur-benturkan.
Kelima, capacity building SDM pentashih konten keislaman. “Kita perlu melakukan pelatihan-pelatihan level dasar, menengah, dan lanjut- untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua LPBKI-MUI, Endang Soetari, mengatakan Silatnas yang mengangkat tema “Sinergi Pengembangan Literasi Islam Wasathiyah” in menjadi forum diskusi antara LPBKI dan pemangku kepentingan.
“Kita menjalin MoU dengan kampus, pegiat Islamic fashion (IRD dan UIK). Islamic fashion menjadi bagian penting dalam pengembangan Islam wasathiyah,” kata dia di arena Silatnas Hotel Redtop Jakarta.
Dia menjelaskan di antara tugas LPBKI-MUI adalah pentashihah dan penerbitan buku dan konten keislaman, serta perwakafan Alquran dan buku-buku.
Di samping itu, kata dia, pihaknya juga melakukan pengelolaan perpustakaan, sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan. Selain itu, LPBKI juga melakukan tashih alat peraga pendidikan dan fashion Islam.
Endang menambahkan, LPBKI-MUI telah melakukan sejumlah kegiatan literasi antara lain diskusi dengan KH Said Aqil Husain Al-Munawwar, workshop literasi Islam di Pesantren Al-Wathoniyah Jakarta, dan lainnya. “Berbagai kegiatan ini akan kita galakkan dan kita akan merancang program-program ke depannya,” ujar dia. . (Hilman, ed: Nashih)
[MUI]