Connect with us

Internasional

Keinginan Xi Jinping Kembali jadi Presiden Diadang Konflik Soal Taiwan

Published

on

Kabarpolitik.com – Presiden Xi Jinping didera sejumlah masalah ketika berkeinginan kembali mencalonkan menjadi Presiden Tiongkok. Saat ini, Tiongkok bergulat dengan krisis jangka panjang atas Taiwan, ekonomi yang goyah, dan wabah Covid-19. Terbaru soal kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Berbagai masalah mendera Xi Jinping. Pertama, penguncian Covid-19, kemudian tantangan ekonomi, kemitraan dengan Rusia dalam konflik dengan Ukraina, hingga kunjungan Pelosi ke Taiwan yang sempat membuat ketegangan.

Selama beberapa hari, muncul krisis yang melanda Taiwan. Namun, para analis mengatakan krisis jangka panjang yang sebenarnya baru saja dimulai.

“Baik AS dan Tiongkok menyadari bahwa peristiwa beberapa hari lalu menunjukkan bahwa kita sedang bergerak menuju krisis berkepanjangan di Taiwan,” kata Ketua Freeman dalam Studi Tiongkok di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington DC Jude Blanchette.

Menteri luar negeri Tiongkok, Wang Yi, juga menyebut pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen tidak layak. Dalam buku putih pertamanya dalam 22 tahun, Beijing menegaskan kembali preferensinya untuk menyatukan Taiwan dengan cara damai.

“Tapi, kami tidak akan meninggalkan penggunaan kekuatan, dan kami memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan,” katanya.

Ambisi Nyapres Xi Terancam

Dengan kemelut yang terjadi di Tiongkok, membuat posisi Xi Jinping semakin sulit. Pasalnya ia disebut-sebut berniat ingin jabatan 3 periode atau maju kembali. Namun, situasi Tiongkok harus stabil.

“Menjelang kongres partai tahun ini, di mana Xi diperkirakan akan memenangkan masa jabatan ketiga sebagai pemimpin tertinggi, prioritas utamanya adalah mengelola berbagai risiko dan memastikan stabilitas,” kata Pakar Tiongkok di University of Chicago, Prof Dali Yang.

“(Xi) sering berbicara tentang stabilitas sebagai intinya, tetapi bahkan sekuat dia, cukup sulit untuk memastikan semuanya terkendali dengan Covid-19,” ujarnya.

Dalam masalah ekonomi, menurut angka dari biro statistik pada bulan Juli, pengangguran kaum muda telah meningkat menjadi 19,3 persen, apagi hal itu diperparah dengan adanya penguncian Covid-19, termasuk Shanghai. Namun, kebijakan nol Covid tetap berlaku.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *