Internasional
Limbah Dari Amerika Racuni Tahu di Indonesia

Kabarpolitik.com.COM – Setelah Cina menghentikan impor sampah, jumlah sampah asing yang masuk ke Indonesia melonjak dua tahun belakangan ini. Di Jawa Timur, 11 pabrik kertas beroperasi di selatan Surabaya, dan mereka mengimpor kertas limbah untuk didaur ulang.
Setelah mengambil bahan-bahan terbaik untuk didaur ulang, sebagian besar perusahaan mengirimkan sisa limbah mereka ke Bangun, sebuah desa pemulung yang mencari barang-barang bernilai dan bahan-bahan yang layak didaur ulang.
Di Desa Bangun, tumpukan sampah, setinggi hampir 5 meter, mengisi setiap lahan kosong. Di desa yang dihuni sekitar 2.400 orang tersebut, hampir setiap keluarga terlibat dalam bisnis limbah.
Para pemulung mengatakan beberapa pengiriman telah datang dari Amerika Serikat dari barang-barang yang mereka sortir. Mereka kadang-kadang menemukan dolar Amerika yang terbuang secara tidak sengaja dan botol-botol minuman keras yang pecah dengan label khas Amerika, seperti Jack Daniels.
Setiap hari, truk membawa sisa-sisa kertas dan plastik melalui jalan darat dari Desa Bangun ke Desa Tropodo dan meninggalkan muatan mereka di luar dapur tahu.
“Orang-orang membutuhkannya sebagai bahan bakar untuk pabrik tahu,” kata seorang sopir truk, Fadil (38), ketika ia membuang muatannya di jalan desa, dia mengaku telah mengirimkan limbah kertas dan plastik ke pembuat tahu selama 20 tahun terakhir.
Media investigasi asal Amerika Serikat, The New York Times, melaporkan pabrik tahu di Indonesia menggunakan limbah plastik dari Amerika Serikat.
Laporan tertanggal 14 November 2019 tersebut menyorot pabrik tahu di Desa Tropodo, Jawa Timur. 30 lebih pabrik tahu membakar limbah plastik yang diimpor dari Amerika Serikat. Asap dan abu yang dihasilkan oleh plastik yang terbakar memiliki dampak masif dan beracun.
Bukannya diubah menjadi barang konsumen baru seperti jaket bulu dan sepatu kets, sebagian besar limbah tersebut tidak dapat didaur ulang dan malah dibuang ke tungku yang menjadi bahan bakar pabrik tahu Tropodo.
“Ini adalah plastik yang dikumpulkan dari konsumen di Amerika Serikat dan negara-negara lain dan dibakar untuk membuat tahu di Indonesia,” kata Yuyun Ismawati, salah satu pendiri Nexus3 Foundation.
Menurutnya, beberapa penadah limbah asing yang tidak bertanggung jawab, membuang plastik yang tidak diinginkan di negara berkembang dengan memasukkan sebanyak 50 persen plastik dalam pengiriman kertas yang seharusnya.
Sebagian besar plastik itu tidak diinginkan, bahan bermutu rendah dan Indonesia tidak memiliki cara yang baik untuk membuangnya. [rif]
