Connect with us

Politik

Bambang Haryo Soroti Potensi Lomba Pacu Jalur Kuansing sebagai Magnet Wisata Internasional

Published

on

Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, menyoroti potensi besar Lomba Dayung Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, sebagai daya tarik baru pariwisata Indonesia yang mulai dilirik dunia internasional, termasuk Amerika Serikat.

Lomba tradisional yang digelar pada Juli hingga Agustus 2025 ini dinilai memukau dari sisi visual dan budaya, serta berpeluang besar menarik wisatawan mancanegara, apalagi dipadukan dengan pertunjukan tari tradisional Pacu Jalur yang memperkaya nilai budaya lokal.

“Pacu Jalur sangat spektakuler dan sudah menarik perhatian internasional. Ini momentum emas untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing,” ujar Bambang Haryo, Kamis (10/7/2025).

Namun, ia menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur dari pemerintah daerah, khususnya Pemkab Kuantan Singingi. Mulai dari integrasi transportasi publik, fasilitas akomodasi seperti hotel dan restoran, hingga sarana pendukung seperti toilet yang memadai di sekitar arena serta pengembangan produk ekonomi kreatif.

“Kalau ingin menjadikan ini ikon wisata nasional, ekosistem penunjangnya harus dibenahi total. Jangan sampai turis datang lalu kecewa,” tegasnya.

Lebih jauh, Bambang mendorong daerah lain mengikuti langkah Kuansing dalam mengangkat budaya lokal sebagai daya tarik wisata. Ia mencontohkan karapan sapi di Madura yang sarat nilai budaya dan dapat dikemas lebih modern, misalnya dengan menyisipkan pertunjukan seni tradisional seperti tarian Madura yang menggambarkan semangat kompetisi dan budaya agraris.

“Bukan hanya Kuansing, semua daerah di Indonesia bisa mengangkat kearifan lokalnya. Karapan sapi, misalnya, bisa dipromosikan dalam event nasional atau melalui media sosial untuk menjangkau pasar global,” tuturnya.

Sebagai legislator, Bambang menyatakan siap mendorong sinergi lintas kementerian guna mendukung promosi budaya daerah sebagai bagian dari strategi pengembangan pariwisata nasional yang berkelanjutan.

“Kita harus melihat potensi wisata budaya bukan sekadar tontonan lokal, tapi sebagai bagian dari diplomasi kebudayaan Indonesia. Dukungan anggaran dan promosi harus ditingkatkan,” pungkasnya.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *