Nasional
Begini Pandangan Para Tokoh soal Kondisi Terkini Pemberitaan di Media Timur Tengah
JAKARTA – Sejumlah tokoh memberikan pandangannya terkait dengan kondisi terkini pemberitaan di media Timur Tengah. Pandangan ini disampaikan dalam Halaqah Mingguan ke-11 MUI.
Halaqah Mingguan ke-11 yang digelar oleh Komisi Infokom MUI ini berlangsung pada Rabu (19/10/2022) secara virtual, bertajuk: Peta Politik Redaksi Media Timur Tengah Terkini.
Jurnalis senior H Nasih Nasrullah mengatakan, media di Timur Tengah memiliki rivalitas abadi antara media Al Jazeera dengan Al Arabiya. Nasih menuturkan, rivalitas kedua media ini dibuktikan dengan adanya hegemoni dan kepentingan politiknya.
Sekretaris Pokja Media Watch dan Literasi MUI ini mengungkapkan, kedua media ini tidak terlepas dari kepentingan negara Qatar dan Arab Saudi. Meskipun, ungkapnya, dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa media di Timur Tengah memiliki kesamaan.
‘’Memiliki kesamaan dalam hal kata kunci. Misalnya dalam kasus Suriah, kata kuncinya rezim Asad itu telah melakukan pembunuhan dan pembantaian masyarakat sipil,’’ ujarnya dikutip MUIDigital, Senin (25/10/2022).
Oleh karenanya, Alumni Universitas Al-Azhar ini mengatakan, secara umum, media di Timur Tengah memiliki hubungan yang sangat dekat dengan otoritas Pemerintah setempat.
Sementara itu, Wasekjen MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Habib Ali Hasan Bahar menilai, media di Timur Tengah yang memiliki pangaruh yang sangat kuat adalah Al Jazeera.
Habib Ali menjelaskan, media Al Jazeera dikelola sangat profesional, kreatif dan agresif. Sehingga, ia menilai bahwa media tersebut menghasilkan pengaruh yang sangat kuat di Timur Tengah.
‘’Saya mengakui pengaruhnya itu besar. Terserah menilai bagus tidak, sampai sekarang begitu besar. Setelah besar, muncul media Al Arabiya,’’ kata dia.
Meski begitu, Habib Ali mengungkapkan, Al Jazeera kerap lupa dengan tradisi di Timur Tengah yang tidak mudah untuk diterobos. Terutama yang berkaitan dengan kerajaan.
Habib Ali memberikan contoh, saat Al Jazeera memuat berita yang dianggap oleh masyarakat Jordania mengusik kerajaan. Atas kejadian itu, hubungan Qatar dan Jordania juga sempat menjadi tegang.
‘’Masyarakat Arab sangat terpengaruh (Al Jazeera). Al Arabiya juga mulai (profesional) tapi tidak sekuat pengaruhnya,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Mantan Dubes RI untuk Al Jazair, Safira Rosa mengungkapkan, pengaruh media di Timur Tengah membuat simpul defiasi di tengah masyarakat dan menjadi simpul demokratisasi di Al Jazair.
Safira Rosa menilai, media di Timur Tengah seperti Al Jazeera memiliki agenda tersembunyi dalam memberitakan segala perubahan. Agenda yang tersembunyi tersebut, kata dia, menyoroti pemberitaan dengan berbeda dengan media lain.
‘’Beberapa media Timur Tengah juga melakukan hal yang sama. Muncul perasaan pribadi tidak percaya dengan media karena memiliki pandangan pribadi dengan analisa sendiri,’’ ucapnya.
(Sadam Al-Ghifari/Angga)
[MUI]