Politik
Debat Pilkada Taliabu: Jawaban Berkelas Sashabila Widya Mus Menjawab Tantangan Soal Nama Desa
JAKARTA (1 November): Provinsi Maluku Utara menggelar debat publik calon bupati dan wakil bupati yang berlangsung di Studio Satu Kompas TV, Rabu (30/10).
Dalam acara bertema “Peningkatan Pelayanan dan Kesejahteraan Masyarakat” itu tiga pasangan calon (paslon) tampil memperdebatkan visi dan misi mereka untuk Kabupaten Pulau Taliabu.
Ketiga paslon yang hadir adalah paslon nomor urut 1, Sashabila Widya Mus-La Ode Yasir, paslon nomor urut 2, Citra Puspansari Mus-La Utu Ahmadi, dan paslon nomor urut 3, Abidin Jaaba-Dedy Mirzan.
Dalam sesi tanya jawab, Citra Puspansari Mus (paslon nomor 2) meminta Sashabila Widya Mus untuk menyebutkan nama-nama desa di wilayah Taliabu bagian utara.
Citra menilai bahwa calon kepala daerah harus memahami secara rinci kondisi geografis dan nama-nama desa di Taliabu, mengingat peran tersebut sangat penting dalam menyusun program-program pembangunan yang tepat sasaran.
Merespons pertanyaan itu, Sashabila, yang merupakan kandidat usungan Partai NasDem, memberikan jawaban yang elegan dan penuh keyakinan.
“Terimakasih ibu bapak atas pertanyaannya memang betul saya tidak lahir dan tidak tinggal di Taliabu cukup lama tetapi saya bangga dan saya sangat bangga karena saya bisa melihat dunia dan saya bisa membawa dunia itu kembali ke Taliabu,” kata Sashabila.
Sashabila melanjutkan dengan mengungkapkan pengalamannya yang nyata tentang kondisi masyarakat di beberapa desa.
Dia menyebutkan tantangan yang dihadapi warga di Natang Kuning, Ufung, Bua Mbono, hingga Mananga, terutama tentang sulitnya akses transportasi. Dia juga menyebut salah satu daerah yang paling tertinggal itu ada di Wahe yang juga ada di wilayah Utara.
“Saya sekarang di KTP saya domisilinya itu ada di Dusun Tambela dan ibu saya bangga sekali sekarang saya sudah bisa menjadi warga dusun karena saya bisa melihat sekali bagaimana keluarga kita di Natang Kuning bagaimana keluarga kita di Ufung bagaimana keluarga kita itu sampai di Bua Mbono di Mananga mereka sangat menangis. Saya merasakan sendiri bagaimana sulitnya harus menyebrang jalan hingga sampai ke Menanga,” kata dia.
Di sana lanjut dia masyarakat harus berjuang melewati jalan dan sungai yang sulit dijangkau, terutama untuk menuju Menanga. Bahkan untuk air rakit, harganya bisa mencapai Rp75 ribu sekali menyeberang, itupun jika musim sedang bagus.
Mengenai penekanan Citra pada pentingnya mengetahui nama-nama desa secara rinci, Sashabila dengan tegas mengutarakan pandangannya bahwa kesempatan dalam debat publik nasional lebih berharga jika digunakan untuk membahas persoalan dan potensi besar Taliabu di mata publik.
“Dan kalau ibu mau tanya saya di sini di acara terbuka ditonton di tv nasional untuk menanyakan saya nama-nama desa sangat sayang sekali waktunya karena sekarang mata di nasional ada tertuju kepada kami, mata tertuju kepada Taliabu,” kata dia.
Menurut dia kesempatan ini bisa kita manfaatkan untuk menyoroti kebutuhan dan potensi Taliabu yang lebih luas.
“Kami bangga mengatakan bahwa Utara memiliki tugas yang sangat besar dan kami yakin Tikong akan menjadi pusat perekonomian yang pertumbuhannya nanti akan pesat,” tambah dia.
Jawaban Sashabila yang berkelas dan penuh kebanggaan ini tidak hanya menunjukkan pemahamannya terhadap kondisi lapangan, tetapi juga mempertegas visinya untuk memajukan Taliabu. (WH)