Internasional
Dubes RI Berharap Investasi dan Mahasiswa di Jerman Meningkat

Kabarpolitik.com-Indonesia dan Jerman merayakan hubungan diplomatik kedua negara yang ke-70 tahun pada bulan ini. Sejumlah kegiatan pun digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin untuk merayakan momen istimewa tersebut. Pada Kamis (5/10), dilangsungkan sebuah diskusi di Rumah Budaya Indonesia (RBI) Berlin yang mengambil tema Let’s Talk Culture: 70 Years of Cultural Exchange and Beyond.
Kegiatan tersebut dilangsungkan secara langsung di RBI Berlin dan Goethe-Haus Jakarta yang terkoneksi melalui video conference. Di Berlin, yang menjadi panelis pada sesi pertama adalah Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno, Vito Cecere (direktur relasi akademis, pendidikan dan riset di kantor Federal Jerman), Prof. Helmut K. Anheier (Profesor Sosiologi dan anggota Luskin School of Public Affairs, Universitas California).
Sedangkan di Jakarta, yang menjadi panelis pada sesi pertama adalah mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Dubes Jerman untuk RI Ina Lepel, serta Dirjen Kebudayaan Kenmendikbudristek Hilman Farid.
’’Indonesia merupakan mitra penting bagi Jerman di kawasan Asia Tenggara dan dunia. Saya harap kita bisa bergerak bersama demi tatanan yang adil dan berkesinambungan,” ungkap Ina Lepel.
Kemudian pada sesi kedua yang menjadi panelis di Berlin adalah Claudie Kaiser (Franfurt Book Fair), Sally Below (urbanis dan kurator), dan Bilawa Ade Respati (musisi). Sedangkan di Jakarta adalah Stefan Dreyer (direktur Goethe-Institut Jakarta), Rizki Resa Utama (media artist), dan Laksmi Pamutjak (penulis dan penyair).
Setelah pada siang hari digelar diskusi tentang kebudayaan, pada malam harinya ada malam resepsi diplomatik yang mengundang pejabat setempat serta para perwakilan dari sejumlah negara sahabat yang ada di Jerman.Acara tersebut dilangsungkan di Classic-Remise Building, Berlin.
Selain pidato dari para pejabat, dalam kegiatan itu juga dihadirkan pertunjukan budaya, Di antaranya adalah tari Saman dan Poco-Poco. Tak ketinggalan juga para undangan dijamu dengan beraneka macam hidangan khas Indonesia.
Arif Havas Oegroseno menyatakan, kemitraan yang terjalin antara Indonesia sangat kuat dan intensif. ’’Dalam tiga tahun terakhir saja kepala negara kedua negara saling berkunjung. Terakhir Presiden Jerman Frank Walter-Steinmeier berkunjung ke Indonesia,’’ ungkap dia.
Dia menambahkan, saat ini, antara Jerman dan Indonesia memiliki kerja sama kemitraan strategis, yang merupakan bentuk kerja sama tertinggi bilateral di antara dua negara di dunia. Kendati demikian, dia menyatakan, masih banyak hal yang harus ditingkatkan berkaitan dengan kerja sama antara Indonesia dan Jerman. Salah satu yang harus didorong adalah investasi. Bukan hanya investasi dari Jerman ke Indonesia, melainkan juga investor dari Indonesia ke Jerman juga harus dipromosikan.
Hal lainnya adalah kerja sama di bidang pendidikan juga harus ditingkatkan. Arif mengatakan, Jerman membuka peluang luas bagi mahasiswa dari seluruh dunia untuk berkuliah di Jerman. Tapi, belum dimanfaatkan dengan maksimal. ’’Sebagai contoh, ada sekitar 40 ribu mahasiswa dari Tiongkok di Jerman. Dari India ada sekitara 28 ribu. Sedangkan dari Indonesia baru sekitar 10 ribu saja,’’ urainya.
Sementara itu, pada malam resepsi diplomatik itu juga dilangsungkan peluncuran buku untuk menandai 70 tahun persahabatan antara Indonesia dan Jerman. Buku yang disusun tim KBRI Berlin itu berjudul Cultural Heritage of Indonesia in Germany. ’’Idenya muncul akhir tahun lalu, kemudian kami berkirim surat ke sejumlah museum di Jerman, dan responsnya positif,’’ paparnya. Buku dengan hard cover setebal 266 halaman itu pun menjadi kado spesial bagi para undangan malam resepsi diplomatik tersebut. (*)
