Hukum
Menjawab Tantangan Global: Kado Ultah Jenderal Polisi Tito Karnavian Bagi Negeri
Jakarta – Pernyataan “Revolusi mental bukanlah hal yang mudah” ini bukanlah bentuk sikap pesimitismis untuk menyerah pada keadaan. Justru seperti melihat sisi gelas yang berisi setengah sebagai pelepas dahaga. Artinya, revolusi mental diterima sebagai pil pahit obat sehingga paham keadaan dan siap bergerak maju.
Itulah ungkapan Jenderal Polisi Prof Tito Karnavian Ph.D ketika mencanangkan upaya serius perubahan di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dengan program (PROMOTER) Profesional, Modern dan Terpercaya. Sejak dilantik tahun 2016, Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian membuktikan perubahan wajah kepolisian di masa depan semakin nyata.
Sekilas langkah PROMOTER terkesan jargon sederhana, ternyata sangat efektif. Itulah kejeniusan Tito Karnavian yang telah dibuktikam sejak awal bersekolah. Jenius menguraikan kerumitan menjadi mudah dikerjakan sehingga hasil terasa segera. Wajar saja, jika sekejap melepaskan identitas Jenderal, Tito tetaplah gemilang di bidang akademis.
Beberapa kampus ternama dengan jurusan bergensi yaitu Kedokteran Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional UGM dan STAN, bisa diraih Tito. Pun setelah menetapkan hati di Akademi Kepolisian, Jenderal Tito meraih Adhi Makayasa tahun 1987, lulusan terbaik PTIK dan Lemhanas.
Bahkan prestasi tidak tertahan dengan meraih gelar di Universitas Exter, Inggris hingga PhD dari Nanyang Technology Universitas, Singapura. Profil intelektual yang langka dari seorang guru besar ilmu kepolisian dan terorisme di Indonesia.
Bagi kebanyakan orang, intelektual hanya jago teori tanpa implementasi nyata dalam praktek dan kerja. Justru inilah yang mengejutkan dari Jenderal Polisi Tito Karnavian. Masyarakat mengetahui lebih dulu sepak terjang beliau saat bertugas.
Sejak awal menjadi polisi, Tito mengemas intelektual dalam kepemimpinan saat bertugas menegakkan hukum. Visi dan misinya sederhana namun fokus: “Kepemimpinan bukan perkara jabatan tapi soal menjawab persoalan”.
Walhasil tiada prestasi kecil yang mencatat kecemerlangan Jenderal Tito dalam menguak kasus. Pada penanganan soal terorisme, beliau mengungkap tuntas kasus bom kedubes Filipina (2000), Bom Bursa Efek Jakarta (2001) , Bom JW Marriot, Jakarta (2004), Bom Bali 2 (2005) hingga membekuk jaringan doktor Azhari, gembong teroris terbesar di tanah air. Atas prestasi itu, pangkat Komisaris Besar (Kombes) disandang Tito dengan status Kenaikan Pangkat Luar Biasa.
Pengalaman itu juga yang menjadi jawaban saat aksi teroris dan separatisme muncul kembali. Salah satunya serangan teror di Sarinah, Jakarta yang bisa diselesaikan kepolisian dalam waktu singkat hingga keamanan kembali pulih.
Tak salah penghargaan regional serta Internasional banyak diraih Kepolisian Indonesia (Polri) di bawah kepemimpinan Jenderal Polisi Tito Karnavian. Yaitu antara lain, Commemorative Medal dari Rusia sebagai perhargaan tertinggi di bidang kepolisian, juga bintang dan gelar kehormatan dari negara-negara sahabat Malaysia, Singapura, Brunei Darusaalam, Australia serta Timor Leste. Bukan sekadar bagi Indonesia, pengaruh stabilitas keamanan dan ketertiban terutama dalam menghadapi terorisme adalah perhatian regional.
Ternyata kunci Jendera Polisi Tito mampu meramu formula mengatasi kegentingan dan ancaman keamanan jadi terurai mudah adalah kerjasama tim yang solid selain kepemimpinan yang menginspirasi. Tak jarang pendekatan komunikasi langsung dengan berbagai elemen masyakarat dilakoni dalam menyelesaikan masalah seperti gejolak di Papua belakangan. inilah paket komplit yang menjadi legasi Jenderal Polisi Tito Karnavian di kepolisian.
“Inspirasi menjadi kunci agar semua mau berpartisipasi bahu membahu perbaiki negeri. bersama sama Melayani dan Mengayomi.”
Optimisme yang mengalir dan menular dalam perubahan mental bangsa Indonesia akhirnya menjadi kado ulang tahun di tanggal 26 Oktober dari Jenderal Polisi Prof Tito Karnavian PhD yang resmi mundur sebagai Kapolri untuk terus mengabdi bagi negeri.