Internasional
Pasca Gelaran Formula 1, Kasus Covid-19 di Singapura Alami Peningkatan

Kabarpolitik.com – Singapura mencatat rekor kenaikan kasus Covid-19. Sebanyak 6.888 orang terinfeksi Covid-19, melonjak dari 2.587 kasus lokal baru sehari sebelumnya. Peningkatan itu terjadi beberapa hari setelah gelaran balapan Formula 1 (F1) yang disaksikan lebih dari 300 ribu orang pada akhir pekan lalu. Balapan digelar pada Minggu (2/10) di Sirkuit Marina Bay.
Pakar penyakit menular Singapura, Leong Hoe Nam mengatakan peningkatan itu agak dramatis dan bisa jadi karena kepadatan penonton. Jika memproyeksikan peningkatan jumlah selama dua minggu terakhir, seharusnya sekitar 5 ribu plus, bukan 6.888.
“Saya kira semua orang hanya menutupi dan kasus infeksi meningkat kemudian,” kata Leong seperti dilansir Asia One.
Namun, spesialis penyakit menular Paul Tambyah mengatakan masa inkubasi, bahkan untuk varian baru virus, adalah antara tiga dan empat hari. Alasan lain mengapa terjadi lonjakan adalah banyaknya orang yang sekarang masuk dan keluar negeri.
“Bukan hanya karena gelaran F1,” tambah Profesor Tambyah.
“Terminal 4 (Bandara Changi) sekarang dibuka kembali dan ada lebih banyak orang yang datang ke Singapura dan warga Singapura yang bepergian untuk liburan yang lama tertunda,” katanya.
Depkes Singapura pada 30 September mengatakan jumlah kasus yang lebih tinggi diperkirakan akan terjadi selama beberapa minggu ke depan, terutama didorong oleh peningkatan infeksi varian Omicron BA.2.75. Mereka mendesak orang untuk mendapatkan suntikan vaksin booster.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengatakan jumlah kasus yang lebih tinggi sejauh ini tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau berdampak signifikan pada sistem perawatan kesehatan Singapura.
Varian BA.2.75 juga tampaknya tidak lebih berbahaya.
Rasio infeksi minggu ke minggu berada di 1,56 dan selama 28 hari terakhir 68.891 orang dinyatakan positif. Dari jumlah tersebut, 99,8 persen di antaranya memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Kabar baiknya adalah peningkatan kasus tidak mengakibatkan lonjakan jumlah ICU atau kasus pasien kritis.
