Connect with us

Nasional

Penggagas Bendera Merah Putih Bukan Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua

Published

on

Bendera Merah Putih, simbol negara Indonesia, memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks. Warna merah dan putih telah digunakan sejak masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 sebagai lambang kebesaran kerajaan. Simbolisme ini kemudian diadopsi kembali oleh para pejuang kemerdekaan sebagai lambang nasional

 

Beberapa tahun ini, beredar bahwa bendera Merah Putih digagas oleh Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua. Betulkah? jika menilik pada situs media.alkhairaat.id, Penulis Buku Nasionalisme Ulama Habib Idrus bin Salim Aljufri, Dr. Gani Jumat menegaskan Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri bukan penggagas merah putih.

Berikut kutipan dan judul dalam situs tersebut:

 

Dr. Gani Jumat: Guru Tua Bukan Penggagas Merah Putih

 

Sabtu, 29 Agustus 2020

Penulis Buku Nasionalisme Ulama Habib Idrus bin Salim Aljufri, Dr. Gani Jumat menegaskan Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri bukan penggagas merah putih seperti diperdebatkan di media sosial (Medsos).

“Saya mohon maaf dan mempertegas untuk menyampaikan hal ini, sebab saya telah didiskusikan bersama dengan Habib Ali dan Habib Saggaf tentang hal itu,” kata Akademisi IAIN Palu Dr.Gani Jumat dalam dialog kebangsaan virtual yang diinisiator Media Alkhairat Online, Sabtu (29/8).

Menurutnya, Habib Saggaf tidak tahu kalau Guru Tua penggagas merah putih, yang dia tahu Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri
mengumandangkan di syairnya tentang “Setiap bangsa mempunyai lambang kemuliaan dan kebesarannya masing-masing, dan lambang kebesaran kami bangsa Indonesia adalah Merah-Putih”.

Ia menyebutkan, dan syair itu dikumandangkan dua minggu setelah kemerdekaan Republik Indonesia.

” Jadi data dari mana, kita mengklaim Habib Sayid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua penggagas merah putih!” kata Gani.

Untuk itu, Gani Jumat menantang orang-orang yang mengatakan hal tersebut.

“Kita ingin memperkenalkan dan mempertegas nasionalisme Guru Tua dengan data sejarah yang jelas dan akurat, tidak boleh dengan data yang tidak akurat,” katanya.

Dia mengatakan, dengan memaparkan data yang ilmiah, maka itu adalah cara kita menghormati Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri sebagai seorang tokoh Nasionalis, religius, progresif.

Dia bahkan telah berusaha melakukan komunikasi kepada Kyai NU Masad AnAnwar mantan Wakil Sekjen PBNU yang menulis tentang jurnal tersebut, guna mengkonfirmasi beberapa data.

“Tapi sampai saat ini, upaya konfirmasi tersebut tidak direspon. Kalau datanya benar akan kita ambil,” katanya.

Dia mengatakan, jurnal tersebut hanya 2 halaman tidak memiliki sumber data dalam penulisannya. Sementara untuk membuktikan sejarah Nasionalis Habib Sayid Idrus Bin Salim Aljufri harus benar-benar melakukan penelitian, tidak boleh hanya sekadar ceramah di majelis taklim atau ceramah lepas, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

“Teliti dalam bentuk skripsi, tesis, jurnal dan seterusnya,” katanya.

Baca berita Media Alkhairaat “Dr. Gani Jumat: Guru Tua Bukan Penggagas Merah Putih” selengkapnya pada link https://media.alkhairaat.id/dr-gani-jumat-guru-tua-bukan-penggagas-merah-putih/

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *