Politik
Politik | 3 Warna Politik Indonesia
Jakarta: Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai dunia perpolitikan Indonesia, diwarnai dengan tiga unsur: Politik berbiaya tinggi, risiko tinggi, dan pengembalian tinggi. Salah satu unsur yang sering terjadi adalah politik berbiaya tinggi.
Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Donal Fariz mengatakan unsur tersebut sudah melekat dalam dunia politik. Ini terbukti menjelang waktu pemilihan umum marak terjadi politik uang di tengah masyarakat. Terdapat dua jenis politik uang: Eceran dan grosiran.
“Uang eceran terbagi menjadi uang besar terjadi dalam pemilihan dukungan partai, uang sedang untuk alat peraga, dan uang kecil untuk masyarakat,” ujar Donal dalam diskusi di Partai Solidaritas Indonesia, Jakarta, Senin 10 September 2018.
Menurut dia, uang grosir terjadi ketika bermain dalam penyelenggara pemilu untuk mempermainkan hasil dari pemilih yang didapat. “Yang suaranya 1.000 ditambah angka di satu depan atau nol di belakang. Itulah cara main grosir,” tambah dia.
Sementara itu, unsur risiko tinggi terbukti dengan maraknya politisi-politisi belakangan ini yang terjerat kasus korupsi. Tidak ada partai politik (parpol) yang sudah lama berdiri tidak memiliki kader yang tidak terseret kasus korupsi.
“Sebanyak 41 anggota DPRD kota Malang dan 38 anggota DPRD Sumatra Utara itu highrisk,” tambah dia.
Baca: Bawaslu Temukan 2.830 DPT Data Ganda di Semarang
Selain itu, unsur yang terakhir adalah pengembalian yang tinggi. Ini terjadi ketika politisi ingin meraup keuntungan kembali sesudah mengeluarkan dana yang cukup besar dalam perjalananya menjadi wakil rakyat.
Di daerah dengan pontesial dengan sumber daya alam melimpah, pejabat terlibat suap menyuap dalam perizinan. Sementara itu, daerah yang tidak kaya sumber daya alam dilanda penyelewengan anggaran dalam pengadaan barang dan jasa.
“Mereka sudah besar memberikan pada partainya. Mereka harus mengembalikan dengan cawe-cawe pada anggaran,” pungkas dia.
(OGI)