Connect with us

Politik

Rico Sia Apresiasi Tekad Menjadikan Indonesia Negara Produsen

JAKARTA (13 November): Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rico Sia, menegaskan dukungannya terhadap niat baik Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai negara produsen. Maka ketika Sritex yang memiliki 50 ribu karyawan dinyatakan pailit, pemerintah langsung turun tangan untuk membantu mengatasinya.

Pekan lalu, Komisi VII DPR melakukan kunjungan kerja spesifik ke PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Dalam perbincangannya dengan Direktur Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, Rico menemukan berbagai kejanggalan dalam persoalan pailit Sritex.

Kita coba pancing, ini kenapa enggak dipailitin aja, Pak? Utang kurang lebih Rp20 triliun. Dia jawab, aset Sritex bukan hanya dalam bentuk barang, tapi juga 50 ribu karyawan, mau dikemanakan mereka?” ujar Rico mengutip jawaban Iwan Setiawan, dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11).

Tidak berhenti di situ, Rico pun kembali memancing dengan pertanyaan kepada Iwan, apakah memang perlu bantuan dari Presiden agar dikasih uang untuk membayar hutang?

Jawaban Pak Dirut, ‘Pak kami mau kerja, Pak, masyarakat mau kerja, bukan perlu bantuan uangnya. Biarkan putusan pailitnya saja dibatalkan kalau bisa, karena kami masih mau kerja’,” terang Rico menyitir jawaban Iwan Setiawan.

Dalam paparan yang disampaikan Dirut Sritex, Rico menangkap pertumbuhan yang sesungguhnya menarik.

Dalam paparan yang disampaikan, ada matriks keuangan yang terus meningkat. Dari minus 140 sekian persen sudah naik menjadi minus 4 persen. Walaupun masih minus, tapi sudah ada pertumbuhan,” jelas Rico.

Legislator NasDem dari Dapil Papua Barat Daya itu pun menemukan kendala dalam persoalan Sritex.

Yang menggugat pailit adalah PMA (Penanaman Modal Asing) yang menyuplai barang ke Sritex. Apakah Sritex memang sengaja, lalu kemudian mau diambil alih atau bagaimana, itu tanda kutip besar bagi saya,” terang Rico.

Rico menganalogikan Sritex sebagai orang sehat yang sedang mengambil darah, lalu kemudian jarumnya dicabut sehingga darahnya tetap mengalir.

Saya tanyakan, apakah Sritex masih beroperasi atau tidak? Rupanya saat Sritex dinyatakan pailit, meskipun masih menyatakan banding maupun kasasi, Sritex tidak boleh diberhentikan produksinya atau kegiatannya karena dia berstatus melawan,” tandas Rico.

Menurut Rico menjadi sesuatu yang janggal ketika dalam proses sidang kasasi, Sritex dilarang produksi, dilarang import, lalu bagaimana caranya Sritex harus bayar hutang?

Kita mau impor benang untuk bikin baju dan lain-lain, benangnya kena pajak. Alhasil harga baju atau produksi lainnya jadi mahal. Sedangkan pengimpor baju, bajunya tidak kena bea masuk,” tandas Rico.

Dalam kesempatan tersebut, Rico juga menyinggung terkait produksi dalam negeri oleg PT Pindad.

Pak Presiden sangat cinta produk Indonesia, kita harus dukung dan disampaikan kepada PT Pindad yang memproduksi mobil Maung agar dari sekarang mulai berpikir tentang inovasi kendaraan yang tidak menggunakan bahan bakar fosil, tapi sudah bertransformasi ke hybrid atau elektrik, sehingga bisa berkompetisi dengan produk-produk dari negara lain,” ucap Rico.

(sonia/*)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *