Internasional
Wilayah Dnipro Digempur, Puluhan Warga Sipil Tewas, Rusia Dikecam

Kabarpolitik.com – Rusia berusaha cuci tangan. Mereka menampik menjadi dalang di balik serangan maut di kompleks permukiman Dnipro Sabtu (14/1) lalu. Hingga Senin (16/1), total korban tewas pada serangan itu mencapai 40 orang. Dua di antaranya anak-anak.
Sangat mungkin jumlahnya akan bertambah. Sebab, lebih dari 30 orang belum ditemukan. Proses evakuasi korban masih berlangsung. ”Kami sudah bekerja selama 19–20 jam tanpa tidur dan istirahat,” ujar Larysa Borysenko, salah seorang penyelamat, seperti dikutip Agence France-Presse.
Serangan di Dnipro disebut paling mematikan dalam tiga bulan terakhir. Total 75 orang mengalami luka-luka. Sebanyak 14 korban luka adalah anak-anak. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, proses pencarian dan penyelamatan korban akan dilakukan selama diperlukan.
Serangan ke permukiman penduduk dan instalasi energi Ukraina itu membuat Rusia menuai kecaman dari berbagai pihak. Sebab, yang meninggal adalah warga sipil.
Diplomat senior Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyebut serangan itu tidak manusiawi. Siapa pun pelakunya akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selama dibutuhkan, UE juga akan terus mendukung Ukraina.
Di sisi lain, Jubir Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam insiden di Dnipro. Katanya, ledakan itu terjadi karena sistem pertahanan misil Ukraina sendiri. ”Pasukan bersenjata Rusia tidak akan menyerang permukiman atau infrastruktur sosial. Mereka menyerang target militer,” tegasnya.
Pengeboman di Dnipro terjadi bersamaan dengan pengumuman bahwa Rusia dan Belarus akan menggelar latihan militer gabungan. Belarus adalah sekutu Rusia dan wilayahnya berbatasan dengan Ukraina.
Kiev khawatir Belarus akan menjadi pangkalan Rusia dan menyerang dari sana. Namun, Institute for the Study of War yang berbasis di AS menegaskan, kemungkinan serangan Rusia dari Belarus cukup rendah. Demikian juga keterlibatan langsung Belarus dalam perang di Ukraina.
Perang di Ukraina kini memasuki fase baru. Saat ini Rusia lebih fokus menggunakan serangan jarak jauh dengan drone maupun misil. Kemarin giliran Kherson yang menjadi target. Kota itu sempat diduduki Rusia sebelum berhasil diambil alih oleh Ukraina akhir tahun lalu.
Pemerintah Ukraina sudah lama meminta kepada sekutunya, negara-negara Barat, untuk mengirim tank yang lebih canggih guna memukul mundur Rusia. Permintaan itu sebentar lagi terealisasi. Prancis, Polandia, dan Inggris berjanji untuk mengirimkan tank. Bahkan, Finlandia juga berencana memberi.
Inggris, misalnya, akan menyumbangkan 14 tank tempur utama jenis Challenger 2. Selain itu, ada beberapa senjata artileri yang lebih canggih. Pengiriman bakal dilakukan beberapa pekan ke depan.
Kabar tersebut membuat pihak Rusia berang. Peskov menuding Barat sengaja menyuplai senjata ke Ukraina untuk mewujudkan misi anti-Rusia. Namun, dia meyakini bahwa senjata itu tidak akan mengubah situasi di medan tempur. ”Tank-tank itu sedang dan akan terbakar seperti yang lainnya,” tegas Peskov, seperti dikutip Al Jazeera.
