Internasional
Astaga! Cina Wajibkan Aborsi untuk Muslim Uighur, Agar Jumlah Mereka Jadi Minoritas?

Kabarpolitik.com.COM – Pemerintah Cina dikabarkan ambil sejumlah langkah untuk tekan jumlah populasi etnis Uighur. Mulai dari memaksa wanita Uighur gunakan kontrasepsi hingga aborsi. Bukti-bukti baru telah mengungkap taktik-taktik kejam yang digunakan pihak berwenang Cina untuk menganiaya umat Islam Uighur, termasuk aborsi paksa, pengendalian kelahiran, dan sterilisasi.
Laporan tersebut, dari The Associated Press (AP), mengutip bukti dari 30 mantan tahanan dan mantan instruktur kamp penahanan, serta data dari statistik pemerintah dan dokumen negara.
Sejak tahun 2016, Tiongkok telah memenjarakan setidaknya satu juta warga Uighur di lebih dari 500 penjara, yang secara halus disebut sebagai “pusat pendidikan ulang” atau “pusat pendidikan keterampilan kejuruan”. Pada kenyataannya, mereka adalah kamp konsentrasi yang dirancang untuk mencuci otak dan memaksa warga Uighur untuk meninggalkan warisan dan agama mereka.
Masih menurut laporan AP, memiliki terlalu banyak anak adalah alasan utama orang-orang dikirim ke kamp-kamp penahanan, di mana orang tua tiga anak atau lebih direnggut dari keluarga mereka kecuali mereka dapat membayar denda besar. Polisi menggerebek rumah ketika mereka mencari anak-anak yang disembunyikan.
Melansir CNA, seorang peneliti Jerman, Adrian Zenz mengungkap laporan para wanita Uighur diancam, akan diinternir di kamp jika menolak untuk menggugurkan kandungannya yang melebihi kuota kelahiran, dua anak.
Zenz mengungkap, wanita Uighur dipasangi alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD meski belum memiliki dua anak. Bahkan beberapa wanita dipaksa untuk mendapatkan operasi sterilisasi. Mantan tahanan kamp mengurai, mereka diberi suntikan untuk menghentikan menstruasi atau menyebabkan pendarahan yang tidak biasa, sesuai dengan efek obat-obatan KB.
Laporan Zenz tersebut terungkap dari dokumen publik yang ia temukan ketika menjelajahi internet Cina untuk kamp-kamp yang selama ini diselidiki oleh PBB.
Dari dokumen tersebut, wanita di beberapa komunitas minoritas desa sering menerima tes ginekologi dan tes kehamilan selama dua bulan sekali dari pejabat kesehatan setempat.
Upaya Cina untuk menekan populasi Uighur juga dibuktikan dari turunnya pertumbuhan di bawah rata-rata di Kabupaten Xinjiang antara 2017 hingga 2018.
Dalam laporannya, Zenz mengatakan, Cina tampak menggunakan kontrasepsi secara paksa sebagai bagian dari rencana dominasi etno-rasial.
“Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius apakah kebijakan Beijing di Xinjiang mewakili, dalam hal mendasar, apa yang mungkin dicirikan sebagai kampanye demogaris genosida sesuai definisi PBB,” paparnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Cina menyebut laporan itu palsu dan merupakan berita palsu atau hoaks. Kementerian itu mengatakan bahwa pemerintah memperlakukan semua etnik secara adil dan melindungi hak-hak hukum minoritas.
“Semua orang, terlepas dari apakah mereka etnik minoritas atau (etnik) Han Cina, harus mengikuti (aturan) dan bertindak sesuai dengan hukum,” kata juru bicara kementerian tersebut, Zhao Lijian. [rif]
