Nasional
Cerita Eks Napiter Terpapar Terorisme dan Aktivitasnya Kini Setelah Bertobat
TANGERANG — Masalah Terorisme yang harus dicegah dan ditangani oleh pemerintah Indonesia. Selain pemerintah, eks napi teroris yang bertobat (narapidana teroris) berperan penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat, agar tidak bersentuhan dengan ideologi terorisme.
Hal ini sampaikan oleh Hendro Fernando sebagai Sekretaris Jenderal Yayasan DeBintal, dalam acara Ngaji Kebangsaan Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET-MUI) dengan tema “Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme” di Aula MUI Kota Tangerang, pada Kamis ( 17/11/2022)
Sebagai mantan napiter (narapidana terorisme), ia pun ceritakan awal terpapar (terorisme) pengajian Jamaah Ansharut Tauhid pada waktu itu di Bekasi di tahun 2012, hingga pada tahun 2013 mulai bersikap intoleran terhadap keluarga, dan teman-teman.
“Akhirnya terkoneksi di tahun 2014 sampai 2016 (pascabom Thamrin) di jaringan Jamaah Anshar Daulah, saya langsung diberikan tugas oleh Amir ISIS di Indonesia yang ada di Suriah. Itu ditugaskan untuk penggeseran pendanaan untuk mengakomodir pembelian senjata dari Filipina ke Indonesia yang saya kirim ke Poso, MIT (Mujahidin Indonesia Timur),” ujar dia.
Dia mengatakan titik balik pertama adalah ketika terjadi konflik internal di ISIS pada 2019. Kemudian mulai merevisi paham yang diyakininya, khususnya soal takfir. Akhirnya ia masuk Islam dan kembali berikrar setia kepada Indonesia Untuk Negara Kesatuan Republik.
“Saya bebas pada tahun 2020 akhir saya mendirikan sebuah Yayasan DeBintal eks napiter semua apa di Bekasi kita punya program ke lapas Lapas untuk merubah pemikiran-pemikiran mereka yang masih keras, sampai saat ini kita masih berjalan kita ke lapas Nusakambangan Lapas Gunung Sindur ke lapas Cipinang,” ujar dia.
Yayasan DeBintal semacam itu penting bagi bekas narapidana yang ingin berikrar setia kepada NKRI. Pasalnya, hingga saat ini banyak teman mantan narapidana yang harus menceraikan istrinya karena ingin bergabung dengan jaringan mantan teroris.
Kini Hendro bersama eks napi teroris lainnya menjalankan Yayasan Debintal, sebuah wadah pelatihan dan pendampingan eks napi. Sebagai Sekjen, Hendro bersama mantan teroris lainnya, untuk memperkuat dari bidang ekonomi, birokrasi, dan literasi.
(Siti Nurmah Putriani/Fakhruddin).
[MUI]