Connect with us

Nasional

Kekeringan di Sragen Meluas, 4.184 Ha Lahan Pertanian Terancam

Kabarpolitik.com, SRAGEN – Bencana kekeringan yang melanda wilayah eks Karesidenan Surakarta semakin parah. Kondisi ini seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Sragen. Ancaman kekeringan meluas dari 28 desa menjadi 34 desa.

Sampai saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen sudah melakukan droping air bersih mencapai lebih dari 500 tangki.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Sragen, Sugeng Priyono mengungkapkan, ancaman kekeringan ini kebanyakan terjadi di wilayah utara Sungai Bengawan Solo. Di wilayah tersebut warga sudah mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Sehingga, mereka pun meminta adanya droping air bersih.

“Ancaman kekeringan ini sudah terjadi di tujuh kecamatan. Dan sekarang jumlah desanya sebanyak 34 desa,” terangnya kepada JawaPos.com, baru-baru ini.

Sugeng menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di desa-desa tersebut, BPBD terus melakukan suplai air bersih. Hingga saat ini, setidaknya sudah lebih dari 500 tangki air bersih didistribusikan untuk warga di beberapa desa.

“Kalau dari BPBD sudah lebih dari 500 tangki, tetapi dari instansi lain juga melakukan droping air bersih. Jadi kemungkinan jumlah air bersih yang didistribusikan lebih banyak,” katanya.

Saat ini pihaknya terus memantau perkembangan dari ancaman kekeringan yang melanda wilayah Sragen. Kekeringan di wilayah Sragen juga mengancam kelangsungan pertanian yang ada. Terlebih sampai saat ini sedikitnya 32 embung diketahui sudah mengering. Sehingga, para petani kesulitan untuk mendapatkan suplai air guna mengairi persawahannya. Kondisi ini mengancam lebih dari 4.184 hektar lahan pertanian yang ada.

Tidak hanya embung saja yang mulai mengering, bahkan tiga dari tujuh waduk yang ada di Kabupaten Sragen juga sudah mulai mengering. “Tiga waduk yang mengering diantaranya Waduk Gebyar Botok dan waduk Gembong, ketiga waduk ini biasa untuk mengairi lahan pertanian seluas 4.184 hektare,” terang Kabid Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sragen, Supardi.

Supardi menambahkan, saat ini masih ada empat waduk yang masih tersisa diantaranya waduk Ketro, Brambang, Kembangan, dan waduk Blimbing. Meski belum mengering, tetapi kondisi air di dalam waduh sudah menipis.

Ancaman kekeringan ini juga terjadi di Wilayah Wonogiri, Kalakhar BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto mengatakan, wilayah kekeringan yang terjadi di tahun ini memang relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Jika di tahun 2017 ada delapan kecamatan yang terdampak kekeringan.

“Kalau untuk tahun ini, jumlah kecamatan yang terancam kekeringan sebanyak tujuh kecamatan,” terangnya.

Penurunan ini salah satunya disebabkan adanya desa atau kecamatan yang sudah bisa mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Guna memastikan kebutuhan air bersih tercukupi, Bambang menambahkan, BPBD terus melakukan distribusi air bersih kepada warga. Diharapkan dengan adanya distribusi ini, maka warga yang ada di wilayah rawan kekeringan tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih.

“Kalau informasi dari BMKG sendiri musim hujan di wilayah Wonogiri selatan baru akan berlangsung pada minggu ketiga bulan November mendatang,” ungkapnya.

Untuk diketahui, bencana kekeringan berkepanjangan menghantui wilayah Jateng dan Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ). Selain kesulitan air bersih, dampak kekeringan juga mengancam lahan pertanian.

Hingga Jumat (5/10) tercatat masih ada 233 kecamatan dan 850 desa di Jateng yang kekurangan air bersih. Sejauh ini, total 13.242 tangki air bersih telah dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat. (apl/dho/gul/JPC)

source

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *