Internasional
Pemerintah Sebut RI Bergabung dalam Perjanjian Laut Bebas Internasional
Pemerintah Indonesia akan ikut serta dalam perjanjian konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati laut di luar yurisdiksi nasional (laut bebas). Perjanjian tersebut berskala internasional di bawah organisasi PBB yang membawahi Hukum Laut (UNCLOS).
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Maritim Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan fokus perjanjian internasional itu ialah pemanfaatan sumber daya laut genetik. Menurut dia, sumber daya laut genetik berpotensi dikelola dan dikembangkan untuk berbagai industri, seperti sektor kesehatan, kecantikan, dan rekayasa genetik lain.
“Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi potensi ekonomi dari pemanfaatan sumber daya laut genetik terbuka lebar,” katanya, Selasa (30/7).
Sebagai negara maritim, lanjutnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya laut genetik. Dalam kisaran angka, ia memprediksi nilainya bisa mencapai miliaran dolar AS.”Entah berapa nilai sesungguhnya dari seluruh potensi yang ada. Saya perkirakan angkanya tidak terbatas, seiring perkembangan teknologi di masa datang,” katanya.
Oleh sebab itu, Indonesia akan berperan aktif agar kepentingan Indonesia mendapat posisi dalam perjanjian internasional.
“Kami ingin negara berkembang seperti Indonesia juga terwakili secara adil di sana. Kami tidak mau nanti Indonesia hanya gigit jari ketika mereka bagi-bagi kekayan dari laut bebas,” paparnya.
Ia mengatakan pemerintah akan mengumpulkan ide dari para ahli di bidang kemaritiman dan hukum guna menyumbang saran dan ide atas posisi Indonesia pada perjanjian internasional itu.
Rencananya, diskusi pertama pada level internasional akan digelar pada 19-30 Agustus 2019. Ia memprediksi perundingan perjanjian internasional itu membutuhkan waktu hingga dua tahun sebelum diberlakukan.
Dalam hal ini, ia mengungkapkan tantangan pengembangan sumber daya laut genetik adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memprioritaskan isu tersebut. Di sisi lain, ia menyebut riset terkait sumber daya laut genetik sangat minim. Selain SDM, pengembangan riset terkendala dana riset yang terbatas.
“Kami pikir sudah saatnya berubah karena riset menentukan keuntungan kita di masa mendatang,” ucapnya.