Connect with us

Politik

Pilpres 2019 Disebut Aman dari Isu SARA

Published

on

Jakarta: Pengamat Politik M Qodari menilai polarisasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) pada Pilpres 2019 berpotensi tetap ada namun probabilitasnya kecil.

Pengalaman Pilkada DKI 2017 dengan kecenderungan isu SARA yang begitu masif sekali pun tidak berhasil diteruskan pada Pilpres 2019 kendati di beberapa daerah punya potensi untuk menggulirkan isu SARA.

“Kalimantan Barat misalnya meski muncul tapi tidak jadi isu nasional bahkan Jawa Barat dengan sentimen sara berskala nasional tidak terjadi,” ujarnya dalam Metro Pagi Primetime, Kamis, 20 September 2018.

Qodari mengatakan salah satu alasan Pilpres 2019 aman dari isu SARA adalah konstelasi calon yang saling silang. Tidak ada lagi calon dengan latar belakang ekstrem sebagaimana kaum minoritas yang dengan mudah menjadi sasaran tembak.

Satu contoh adalah Ridwan Kamil dan wakilnya UU Ruzhanul Ulum yang merupakan kader PPP dengan latar belakang santri membuat konstelasi lebih cair kendati beberapa kali Ridwan Kamil diguncang isu SARA.

Pun ketika Pilpres 2019 menghadirkan Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terjadi saling silang calon.

Jokowi yang pada awalnya diprediksi memilih kalangan nasionalis justru menjadikan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, begitu pula Prabowo Subianto yang disarankan memilih pendamping dari kalangan religius memantapkan pilihan pada Sandiaga Uno dengan latar belakang pengusaha.

“Ini tertukar. Kalau dibikin sinetron judulnya ‘Cawapres yang Tertukar’. Karena ‘cawapres yang tertukar’ ini ruang gerak isu SARA terbendung,” ungkapnya.

Menurut Qodari baik Jokowi-Ma’ruf Amin atau Prabowo Subianto bukanlah kaum minoritas sehingga konstelasi isu SARA pada Pilpres 2019 cenderung bisa diredam.

Kondisi ‘cawapres yang tertukar’ membuat suasana lebih kondusif bahkan isu-isu yang dibahas di akar rumput bukan lagi soal SARA melainkan perdebatan ekonomi, kinerja, gagasan, pembangunan bangsa, sampai dengan kepribadian para calon.

“Masyarakat masih melihatnya sama, mau presiden tegas pilih Prabowo atau yang merakyat yakni Jokowi. Tapi petahana Jokowi punya kelebihan catatan capaian prestasi ketimbang Prabowo sebagai penantang,” jelasnya.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *