Connect with us

Opini

Amsakar Antara Komitmen & Inkonsistensi?

𝘖𝘭𝘦𝘩 : Bagas Samudra

 

Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah serentak akan di gelar pada hari Rabu 27 November 2024 mendatang. Sekitar 7 bulan ke depan para kandidat yang akan maju sebagai calon Walikota Batam sekaligus Kepala BP Batam sudah terlihat mempersiapkan diri. Beragam langkah yang dipersiapkan oleh kandidat yang akan bertarung di Pilkada Batam mendatang. Beberapa figur yang disinyalir akan mencalonkan diri sebagai bakal calon Walikota dan Wakil Walikota sudah mulai terlihat, diantaranya adalah Wakil Gubernur Kepulauan Riau HJ. Marlin Agustina Rudi sebagai bakal calon Walikota Batam berikutnya yang memang sudah diketahui bersama. Juga melihat kandidat berikutnya Amsakar Ahmad yang saat ini memang masih menjabat sebagai Wakil Walikota Batam yang dipimpin oleh H. Muhammad Rudi atau akrab disapa HMR oleh masyarakat Batam.

 

Amsakar Ahmad telah melakukan deklarasi pada 01 Maret 2024 lalu, tepatnya di kediaman DR. H. Irwansyah, S.E., M.M. Wakil Walikota Batam tersebut menilai Irwansyah merupakan figur yang tepat untuk mendampinginya ke panggung kontestasi Pilkada Batam November mendatang. Amsakar Ahmad dan Irwansyah langsung melakukan konsolidasi politik sekaligus mendeklarasikan diri sebagai calon kandidat Independen artinya tidak menggunakan kendaraan partai politik. Dari terminologi bahasa Domokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘𝘿𝙚𝙢𝙤𝙨’ dan ‘𝙆𝙧𝙖𝙩𝙤𝙨’. 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙨 bermakna Rakyat atau khalayak, sementara 𝙆𝙧𝙖𝙩𝙤𝙨 bermakna pemerintahan. Demokrasi sebagai sistem mengizinkan dan membebaskan hal kepada setiap warga negara untuk berpendapat dan turut serta dalam pemerintahan secara terus menerus.

Setiap warga negara berhak atas hal individunya dalam menentukan sikap politik, dalam hal ini berhak memilih dan dipilih.

 

Amsakar Ahmad memilih untuk mengambil jalan jalur independen menurut hemat penulis telah memberi warna baru bagi corak Demokrasi di kota Batam. Dengan demikian benarkah ia dapat konsisten dalam menentukan sikap politiknya?

‘𝘞𝘢𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶𝘢𝘭𝘭𝘢𝘮’. Jika dilihat data pilkada 2020 lalu di Indonesia, ada sebanyak 67 paslon (Pasangan Calon) yang mendaftarkan diri melalui jalur independen atau 9% dari jumlah total 734 pasangan calon yang ikut berkompetisi pada pilkada 2020 lalu. Dan menurut hemat penulis kemungkinan tingkat kemenangan juga sangat rendah. Dengan melihat terjalnya jalan menuju kemenangan mungkin Amsakar menyadari bukan jalur independenlah yang harus ia tempuh. Itu dilihat dari 𝘨𝘦𝘴𝘵𝘶𝘳𝘦 𝘱𝘰𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬 yang terlihat belakangan ini. Belakangan yang di ucapkan ketua DPD Golkar untuk niatan mendukung Amsakar dari partai Golkar, hal ini menurut hemat penulis terlihat ketidakkonsistenan Amsakar yang tak lain juga ketua DPD partai NasDem yang membawa slogan ‘gerakan perubahan’ tersebut. Ataukah mungkin ambisi politik telah merubah komitmen Wakil Walikota Batam tersebut.

 

Sikap politik yang sama juga diperlihatkan oleh calon Wakil Batam Irwansyah yang juga beberapa waktu lalu mendaftarkan diri ke menjadi kader partai Demokrat. Mungkin kita akan bertanya-tanya tentang bagaimana sebenarnya maksud dari Amsakar mendeklarasikan diri sebagai kandidat independen pada awal Maret lalu. Benarkah politik selalu menunjukkan sikap yang ‘𝘪𝘯𝘤𝘰𝘯𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯𝘤𝘺’ (inkonsisten).

Mengingat kata Niccolo Machiavelli (1469-1527)

“𝘈 𝘱𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦 𝘯𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘭𝘢𝘤𝘬𝘴 𝘭𝘦𝘨𝘪𝘵𝘪𝘮𝘢𝘵𝘦 𝘳𝘦𝘢𝘴𝘰𝘯 𝘵𝘰 𝘣𝘳𝘦𝘢𝘬 𝘩𝘪𝘴 𝘱𝘳𝘰𝘮𝘪𝘴𝘦” dalam bahasa indonesia yang artinya ‘seorang pangeran tidak pernah kekurangan alasan yang sah untuk mengingkari janjinya. Sang pangeran yang disebut Machiavelli jika di tarik benang merahnya di era modern ini yakni para pemimpin yang tidak memiliki komitmen dalam menentukan sikap. Jika benar demikian benarlah tingkat Golput (golongan putih) di Indonesia cukup tinggi. Ditambah lagi banyak para pemimpin yang korupsi, menambah tingkat penolakan politik terhadap kawula muda Indonesia yang seyogyanya dipersiapkan menjadi pemimpin di masa depan.

 

Kota Batam memang sangat menarik dan memiliki intrinsik tersendiri dalam penyumbang pembangunan provinsi Kepulauan Riau. Tak heran arus urbanisasi di kota Batam cukup deras dan membuka masalah baru bagi pemerintah kota Batam yakni tingkat pengguran dan kompleksitas masalah sosial yang harus diselesaikan. Menurut hemat penulis kota Batam yang telah si warisi Habibie harus benar di rancang menuju kota global yang mendorong tingkat percepatan investasi yang progesif. Walaupun ekonomi Batam telah tumbuh di atas angka rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 7,04 % yoy (𝘺𝘦𝘢𝘳 𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘺𝘦𝘢𝘳), tapi angka ini harus terus ditingkatkan melihat potensi geografi kota Batam yang sangat luar biasa. Dan siapapun yang akan menjadi pemimpin kota Batam sekaligus Kepala BP Batam berikutnya harus mampu melanjutkan 𝘔𝘢𝘴𝘵𝘦𝘳 𝘗𝘭𝘢𝘯 dari Habibie menuju pembangunan yang berkelanjutan “𝘚𝘮𝘢𝘳𝘵 𝘤𝘪𝘵𝘺”.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *