Politik
Pilpres 2019, Pengamat: Jokowi Akan Menang Jika Berhasil Ungkapkan Keberhasilannya di Periode Pertama
Jakarta, kabarpolitik.com — Perhelatan pilpres 2019 semakin hangat setelah diumumkannya ketua timses masing-masing paslon. Penunjukan ketua timses tampak menjadi begitu penting sehingga banyak faktor dipertimbangkan termasuk soal pengalaman manajerial dan keahlian strategi. Namun demikian, pengamat politik Veri Muhlis Arifuzzaman menilai, penunjukan ketua tim tidak punya dampak elektoral dan tidak terlalu punya pengaruh kepada kemenangan.
“Siapapun ketua timnya sepanjang pasangan calon dipandang mampu dan disukai, pasangan itulah yang akan dipilih,” ujar peneliti senior sekaligus direktur utama PT. Konsepindo Riset Strategi, perusahaan yang menanungi kantor konsultan politik dan lembaga survei Konsep Indonesia, saat diwawancarai di Jakarta, (11/9).
Menurut Veri, kemenangan dalam pilpres ditentukan oleh seberapa mampu pasangan calon meyakinkan pemilih bahwa mereka bisa membuat bangsa dan negara maju dan sejahtera. Jadi siapapun ketua timsesnya, mau muda atau tua, pengusaha atau pensiunan tentara, sama saja. Tantangan pada tingkat manajemen hanya pada soal bagaimana mengelola tim dan relawan agar sinkron kampanyenya dengan kandidat.
“Prinsipnya dalam mengelola tim adalah efektivitas. Percuma tim besar dan relawan seabreg-abreg tapi tidak terorganisir dengan baik, ujungnya berantakan. Ada adagium yang terkenal dalam pemenangan pemilu, tim kecil yang terorganisir dengan baik bisa mengalahkan tim besar yang amburadul,” tambahnya.
Lebih jauh Veri menjelaskan, dalam keadaan kontestasi sekarang ini, posisi Jokowi selaku petahana sebenarnya lebih diuntungkan. Petahana itu sudah bekerja empat sampai menjelang lima tahun, seharusnya hasil kerjanya sudah ada. Sepanjang keberhasilan dari pekerjaan itu mampu diungkap kepada pemilih, petahana harusnya menang.
“Apalagi ini yang bertarung orangnya sama dengan pilpres yang lalu, mudah sekali bagi pemilih melihat siapa dari dua capres itu yang sudah bekerja. Nah persoalannya mampu tidak keberhasilan dari pekerjaan itu diketahui dan diapresiasi pemilih,” jelasnya.
Veri menyampaikan, bisa saja penantang disuki karena mampu meyakinkan pemilih bahwa program mereka lebih baik. Hanya saja tentu dalam kampanyenya, penantang harus mengkritisi dengan cerdas dimana letak kegagalan kerja petahana.
“Kalau penantang bicaranya masih global dan umbar jargon serta janji saja, akan repot. Susah menang,” pungkasnya. (kp)