Connect with us

Internasional

Tewasnya Mahsa Amini Picu Aksi Terbesar sejak Revolusi 1979

Published

on

Meluas ke 40 Kota di 31 Provinsi di Iran, Internet Dimatikan

Kabarpolitik.com – Setidaknya 1.200 orang ditangkap dan puluhan korban lainnya tewas sejak demonstrasi di Iran berlangsung mulai pekan lalu. Meski begitu, massa tidak menyurutkan aksi mereka.

Jumlahnya justru kian banyak.

Demonstrasi yang menuntut diakhirinya kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan serta kewajiban memakai jilbab itu malah meluas ke lebih dari 40 kota di 31 provinsi di Iran. Mayoritas terjadi di kota-kota besar.

’’Demonstran kini menggunakan berbagai taktik berbeda. Mereka bergerak dari satu kota ke kota lain dan membuat pasukan keamanan sulit mengontrol semua lokasi,’’ ujar Sima Sabet, jurnalis dan presenter di Iran International TV, sebagaimana yang dikutip The Guardian.

Dia menyatakan, demo kali ini berbeda dengan aksi menentang pemerintah yang diberi nama Revolusi Hijau pada 2009. Saat ini massa berani melawan kembali. Mereka tidak takut lagi terhadap rezim pemerintahan yang brutal.

Sabet menjelaskan, demonstran membakar ambulans karena kendaraan tersebut tidak dipakai untuk membawa korban yang terluka. Namun, ambulans justru dimanfaatkan pemerintah untuk membawa pasukan keamanan. ’’Baru kali ini perempuan Iran membakar hijabnya dan didukung para lelaki,’’ terangnya.

Aksi yang berujung ricuh di berbagai titik itu sudah memakan korban puluhan nyawa. Tidak ada yang tahu pasti jumlah korban di lapangan. Amnesty International pada Jumat (23/9) menyebutkan bahwa setidaknya 30 orang meninggal, termasuk 4 anak. Media pemerintah, Republik Islam Iran Broadcasting, merilis bahwa 35 orang telah meninggal. Lembaga HAM Iran mengungkapkan bahwa setidaknya ada 53 orang atau bahkan lebih karena korban di lapangan terus bertambah.

Aksi massa itu dipicu kematian Mahsa Amini. Perempuan 22 tahun asal Kota Saqez itu diduga dipukuli polisi moral di Teheran hingga tewas hanya karena tidak memakai jilbab sesuai dengan aturan pemerintah.

Pemerintah Iran berusaha menenangkan situasi dengan memblokir internet dan media sosial. Aktivis, pelajar, dan jurnalis juga ditangkapi. Komite untuk Melindungi Jurnalis di Iran menyampaikan, setidaknya ada 17 jurnalis yang ditangkap. Garda Revolusi Iran juga meminta semua orang mengidentifikasi pengunjuk rasa.

Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Sabtu (24/9) menyatakan bahwa dirinya akan menanggapi dengan tegas aksi massa. Dia menyalahkan para konspirator yang menghasut kerusuhan. ’’Iran harus menangani dengan tegas mereka yang menentang keamanan dan ketenangan negara,’’ ujarnya.

Pernyataan Raisi ditengarai justru bakal membuat massa kian marah dan aksi meluas. Direktur Eksekutif LSM United for Iran Firuzeh Mahmoudi mengungkapkan bahwa aksi pada 2009 hanya terjadi di beberapa kota. Yang terjadi saat ini jauh berbeda. Jutaan orang turun ke jalan di berbagai wilayah, baik itu kota besar maupun kecil. Ini merupakan aksi terbesar sejak revolusi pada 1979 yang menggulingkan monarki.

Pemerintah Iran kewalahan karena tidak menyangka aksi semacam itu bakal terjadi. Massa sebelumnya memang bakal melakukan aksi kecil di berbagai kota atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak. Insiden yang dialami Amini menjadi semacam bahan bakar yang kian mengobarkan semangat penduduk untuk menuntut perubahan.

’’Ini hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kami tidak pernah melihat perempuan melepas hijabnya di kerumunan aksi massa seperti ini, membakar kantor polisi, mengejar mobil mereka, serta membakar foto Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei,’’ ungkap Mahmoudi.

Meski koneksi internet dimatikan, massa memiliki berbagai taktik untuk tetap membagikan informasi lewat gawai yang mereka miliki. CEO SpaceX Elon Musk mengungkapkan, pada Jumat pekan lalu dirinya akan mengaktifkan layanan internet satelit perusahaan, Starlink, di Iran. Itulah tanggapan atas cuitan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang menyatakan bahwa Negeri Paman Sam harus mengambil tindakan untuk memajukan kebebasan internet dan arus informasi yang bebas ke Iran.

Sementara itu, massa pendukung pemerintah membuat aksi tandingan. Mereka membawa simbol agama untuk mendukung pemerintah. Massa pro pemerintah itu mengklaim bahwa salinan Alquran dan bendera Iran telah dibakar selama protes mendukung Amini. Versi golongan pro pemerintah itu, ada intervensi asing dalam urusan Iran. Terutama oleh AS.

Demo ini mendapatkan dukungan penuh keamanan, diliput media pemerintah, dan disiarkan secara nasional. Aksi menentang pemerintah berusaha dibubarkan dan dianggap tidak ada.

Terpisah, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Inggris dan Norwegia. Dua negara itu dituding ikut campur dalam kerusuhan yang sedang berlangsung di negara tersebut.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *