Connect with us

Internasional

Jaringan 5G Ancam Akurasi Prakiraan Cuaca

Published

on

Kabarpolitik.com – Konferensi Komunikasi Radio Sedunia 2019 yang diselenggarakan di Mesir mengizinkan teknologi 5G beroperasi di empat area spektrum frekuensi radio, termasuk band dari 24,25 hingga 27,5 GHz.

Para ahli mengatakan standar frekuensi 5G terbaru ini dapat mengancam masa depan ramalan cuaca di seluruh dunia.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF) tak setuju dengan keputusan yang dibuat dalam Konferensi Komunikasi Radio tersebut.

“Kita membutuhkan permodelan cuaca menjadi lebih baik, bukannya malah semakin buruk, dan hal itu yang dikatakan langsung oleh Presiden Trump,” kata Renée Leduc, konsultan telekomunikasi, seperti dikutip The Washington.

Penetapan spektrum tersebut membuat meteorolog khawatir dengan transmisi dalam pita yang dapat menganggu kemampuan sensor gelombang mikro pasif pada satelit cuaca untuk mendeteksi uap air di atmosfer dengan mengamati sinyal redup yang dipancarkan dari 23,6 hingga 24 GHz.

“Perlombaan untuk menyediakan jaringan 5G menekan teknologi lain yang bergantung pada frekuensi radio, termasuk sistem peringatan dini cuaca buruk nasional,” jelas WMO dalam sebuah pengumuman.

Dilansir dari Space News, para delegasi internasional akhirnya setuju untuk membatasi fase yang lebih ketat agar peralatan 5G tidak menganggu sensor gelombang mikro sampai peralatan tersebut didistribusikan secara luas.

Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam konferensi tersebut, perusahaan nirkabel tidak akan diminta untuk mengganti teknologi mereka sebelum tahun 2027 setelah aturan baru diberlakukan. Sebagai gantinya, perusahaan perlu memastikan peralatan yang dipasang setelah tahun 2027 memenuhi standar yang lebih ketat.

ECMWF sendiri telah memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang risiko 5G pada operator saat ini. Jaringan tersebut masih berpotensi membahayakan pengoperasian sistem satelit pengamatan Bumi yang dibutuhkan untuk aktivitas prakiraan cuaca.

Sebelum konferensi penandatanganan digelar, badan pemerintahan Amerika Serikat seperti Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), NASA, dan Angkatan Laut AS telah memperingatkan pita frekuensi 24 GHz mendekati frekuensi yang digunakan oleh satelit penghimpun data cuaca dan iklim.

Neil Jacobs, perwakilan dari NOAA, juga memperkirakan penerapan standar baru frekuensi 5G dapat menurunkan akurasi prediksi cuaca hingga 30 persen. Hal itu disebutnya seperti kembali ke tahun 1980, saat ramalan cuaca belum secanggih sekarang.

Padahal, data terkait iklim dan cuaca sangat berguna khususnya bagi wilayah-wilayah yang belum memiliki stasiun observasi cuaca, seperti lautan dan daerah-daerah terpencil.

Sebagai persiapan menghadapi skenario terburuk, NOAA tengah merencanakan penggunaan saluran penginderaan uap air di permukaan lautan, yang kemungkinan akan menjadi sumber gangguan frekuensi.[rif]

Source

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *