Internasional
Selain Kabar Dikudeta Militer, Ini Hoax yang Pernah Dialami Xi Jinping

Kabarpolitik.com – Presiden Tiongkok Xi Jinping diterpa kabar yang belum terverifikasi kebenarannya. Media sosial menyebutkan dirinya digulingkan atau mengalami kudeta oleh militer Tiongkok dan menjadi tahanan rumah. Isu semacam ini bukan hal yang baru bagi Xi.
Beberapa postingan di media sosial mengklaim bahwa Xi Jinping telah dicopot sebagai kepala Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok dan telah ditempatkan di bawah tahanan rumah. Namun, baik Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa di negara itu maupun media pemerintah belum memberikan konfirmasi resmi.
Posting media sosial lain yang belum diverifikasi di Twitter mengklaim bahwa tidak ada penerbangan komersial yang terbang di atas Beijing alias dibatalkan. Menurut seorang pakar di Tiongkok, Aadil Brar, alasan Xi Jinping menghilang dari sorotan publik karena dia bisa saja masih dalam masa karantina untuk mengantisipasi Covid-19 setelah kembali dari kunjungan ke Uzbekistan.
Rumor miring bukan pertama kalinya dialami Xi. Pada 2012, ada desas-desus seputar kesehatan Xi Jinping ketika dia menjadi Wakil Presiden seperti dilansir dari News18, Minggu (25/9).
Desas-desus menyebar setelah Xi melewatkan pertemuan dengan para pemimpin yang berkunjung dan pejabat senior pada bulan September, termasuk Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton saat itu. Xi tidak terlihat di depan umum sejak 1 September.
Pejabat Tiongkok saat itu menolak memberikan penjelasan atas ketidakhadirannya. Di antara berbagai teori yang beredar, Xi mengalami stroke atau serangan jantung atau menjadi target percobaan pembunuhan.
Dua minggu kemudian, Xi muncul kembali dan berpartisipasi dalam sebuah program di Beijing untuk kegiatan menandai Hari Popularisasi Ilmu Pengetahuan Nasional. Artinya kabar yang beredar saat itu hanya spekulasi dan tidak benar.
Presiden Xi Jinping juga pernah menggagalkan upaya kudeta oleh mantan kekuatan politik yang menjadi sasaran kampanye anti-korupsinya. Kini isu kudeta kembali muncul.
Kabar itu tak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Isu tersebut muncul menjelang penetapan Xi Jinping sebagai presiden 3 periode oleh Partai Komunis Tiongkok pada 16 Oktober nanti.
