Connect with us

Nasional

Manokwari Mulai Kondusif, Sorong Masih Ada Aksi Massa

Published

on

Kabarpolitik.com, PAPUA– Upaya meredam aksi massa lanjutan di Papua dan Papua Barat ( Manokwari dan Sorong ) terus berlangsung. Kemarin Presiden Joko Widodo memanggil staf khusus untuk Papua yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua, Lenis Kogoya ke Istana Kepresidenan Jakarta. Keduanya membahas antisipasi agar kasus kerusuhan itu tidak terulang.

Lenis mengatakan bahwa pihaknya sudah mengusulkan agar dilakukan pembenahan terhadap asrama-asrama Papua di berbagai daerah. Ke depan, pihaknya berharap kondisi asrama bisa lebih diperhatikan. “Pola asrama kita perhatikan, pola hidup diperhatikan. Terus, pendidikan juga diperhatikan,” ujarnya.

Tadi malam Lenis bertemu dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Hadir pula 11 mahasiswa asal Papua yang bercerita tentang kondisi mereka di Surabaya. Risma bercerita tentang upaya pemkot melibatkan mahasiswa dan masyarakat Papua di Surabaya. Mulai event hari ulang tahun hingga pentas budaya.

Risma juga menjelaskan, ada orang-orang Papua yang punya posisi strategis di pemkot. Misalnya, Kabaghumas M. Fikser, Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun, dan Camat Sukomanunggal, Lakoli.

Lenis mengapresiasi kebijakan Risma yang memberikan ruang atau kesempatan bagi orang Papua untuk menjadi pejabat pemkot. Lenis akan bertemu dengan mahasiswa dan penghuni asrama Papua di Kalasan. Dia menyebutkan, bisa jadi penghuni asrama merasa belum aman sehingga belum mau bertemu dengan orang lain. ”Mama (Risma) bukan ditolak, bukan. Tapi menunggu kita makan papeda bersama. Sebentar malam ini mereka akan ke hotel dan akan kita atur,” ujar dia.

Sebelum bertemu dengan Risma, Lenis berdiskusi dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan, dan Kapolrestabes Surabaya Kombespol Sandi Nugroho. Pertemuan diadakan secara tertutup. Sekitar 30 menit kemudian, rombongan keluar dari ruang pertemuan. Lenis menyampaikan pesan presiden kepada mahasiswa Papua di Jawa Timur. ”Semua sudah ada yang urus. Mari saling memaafkan,” katanya.

Pada bagian lain, Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki kasus rasis yang menimpa mahasiswa Papua. Dia meminta semua pihak tetap menjaga situasi dengan tenang. ”Jangan terprovokasi dengan berita-berita yang tidak benar,” ujarnya.

Dari Jakarta, Polri memastikan bahwa keamanan Papua mulai normal. Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan, untuk Jayapura, proses dialog antara massa dan gubernur telah selesai Senin malam (19/8). “Selasa tidak ada aksi massa,” terang dia. Kondisi Manokwari, Papua Barat, juga membaik. Sudah ada tambahan petugas empat satuan setingkat kompi (SSK) dari Polda Maluku dan Sulawesi Tenggara. “Untuk memastikan kondisi tetap aman,” paparnya di kompleks Mabes Polri kemarin.

Namun, di Sorong masih ada titik kumpul massa yang terdiri atas sekitar 500 orang. Hingga kemarin siang, masih dilakukan negosiasi antara pihak TNI-Polri dan tokoh masyarakat. “Aspirasi akan ditampung dan diterima,” tuturnya.

Polisi telah menerima data korban kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Untuk fasilitas umum, yang mengalami kerusakan mencapai 25 gedung. Perinciannya, 15 gedung di Sorong dan 10 lainnya di Manokwari. Namun, data itu masih sementara. “Masih bisa bertambah,” paparnya.

Proses hukum terhadap penyebar hoaks yang memicu kerusuhan di Papua juga berlanjut. Setelah diidentifikasi, ternyata ada lima akun yang menyebarkan hoaks sehingga membuat masyarakat Papua marah. “Bentuknya foto hingga video yang bersifat provokasi,” tuturnya. Polisi masih berupaya mendeteksi pemilik lima akun tersebut. Belum diketahui apakah lima akun itu terhubung.

Pada bagian lain, Gubernur Papua Lukas Enembe, tampaknya, belum yakin benar akan jaminan keamanan yang disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Kapolda Jawa Timur, Irjen l Luki Hermawan. Buktinya, dia berencana menarik seluruh mahasiswa yang kuliah di Pulau Jawa.

Cenderawasih Pos melaporkan, Enembe menyatakan telah berkomunikasi secara khusus dengan Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan. Komunikasi itu terkait dengan rencana memulangkan para mahasiswa yang kuliah di Jawa. Para mahasiswa itu selanjutnya dikuliahkan di Universitas Papua (Unipa) Manokwari dan Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura. (jp)