Internasional
Dokter Ikut Terinfeksi, Jepang Catat Kematian Pertama Dampak Covid-19

Kabarpolitik.com.COM – Korban meninggal untuk pertama kalinya akibat terinfeksi Covid-19 atau Corona Virus, terjadi di Jepang sejak mewabahnya virus ini di Cina. Korban meninggal itu adalah seorang wanita berusia 80-an.
Menteri Kesehatan Katsunobu Kato, korban meninggal tersebut menurut pemerintah setempat, berasal dari Prefektur Kanagawa. Ia sama sekali tidak melakukan perjalanan ke luar negeri. “Dan diketahui dia terinfeksi virus setelag meninggal,” katanya saat konfrensi pers, kemarin.
Dikatakan Katom, wanita itu sebelumnya didiagnosis menderita radang paru-paru dan dirawat di rumah sakit sejak 1 Februari. Kondisinya memburuk pada 6 Februari. Diketahui, korban meninggal itu adalah mertua dari seorang sopir taksi Tokyo berusia 70 yang terinfeksi virus sebelumnya.
Mengutip salah seorang pejabat pemerintah kota metropolitan Tokyo, sopir itu tidak membawa penumpang asing dalam dua minggu sebelum akhirnya ia menunjukkan gejala terinfeksi virus pada 29 Januari. Sejak saat itu, otoritas kesehatan berusaha mencari tahu bagaimana dia terinfeksi.
Dokter Terinfeksi di Wakayama
Di Prefektur Wakayama, seorang ahli bedah berusia 50-an menjadi dokter pertama di Jepang yang terinfeksi virus itu, kata pemerintah setempat. Tidak diketahui apakah ia memiliki kontak dekat dengan pengunjung dari Cina, pusat penyebaran penyakit tersebut.
Kasus terbaru lainnya, seorang pria Jepang berusia 20-an dari Prefektur Chiba yang dites positif pada Kamis, menambah jumlah total korban terinfeksi yang dikonfirmasi menjadi 251 di negara tersebut. Sebagian besar, 218, adalah penumpang dan awak kapal pesiar Diamond Princess yang merapat di Yokoyama.
Para ahli medis mengatakan orang lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit kronis lebih cenderung melihat kondisi kesehatan mereka memburuk karena virus. Menteri Kesehatan setempat sangat hati-hati menginformasikan situasi penyebaran virus ini, untuk menghindari kepanikan warga.
Gelontorkan Dana Besar
Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan pemerintah akan menghabiskan total 15,3 miliar yen (US$ 140 juta) untuk tindakan darurat seperti mengembangkan kit pengujian cepat. Ini juga akan memastikan lebih dari 600 juta masker disediakan sebulan.
Di tengah kekhawatiran bahwa tindakan isolasi berkepanjangan di kapal pesiar akan memperburuk kesehatan orang-orang dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya. Karenanya, pemerintah telah memutuskan untuk mengizinkan penumpang tua yang menderita penyakit kronis turun lebih awal dari yang dijadwalkan jika mereka hasil uji virus dikatakan negatif.
Di kapal pesiar tersebut, tercatat 200 penumpang berusia 80 tahun. “Mungkin saja mereka diizinkan meninggalkan kapal paling cepat Jumat ini, tergantung pada keinginan dan kondisi kesehatan mereka,” kata Kato kepada wartawan, seraya menambahkan mereka yang memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya telah menjalani penyaringan.
Mereka yang diizinkan keluar dari kapal akan tinggal di fasilitas yang diatur oleh pemerintah hingga periode isolasi berakhir Rabu depan. Lebih dari 3.500 penumpang dan awak pada awalnya dijadwalkan akan dikurung di atas kapal hingga hari itu.
“Ada beberapa orang yang kesehatannya mungkin memburuk dengan tetap (naik) untuk jangka waktu yang lama,” kata Kato.
Setelah seorang penumpang pria berusia 80-an ditemukan terinfeksi virus setelah meninggalkan kapal di Hong Kong, kementerian telah memeriksa kesehatan semua orang yang masih berada di kapal, mengambil sampel darah mereka yang memiliki gejala dan yang lainnya yang melakukan kontak dekat dengan mereka.
Sejak itu kementerian telah meminta agar orang-orang tetap di kabin mereka untuk mencegah penyebaran virus. Sementara mereka yang terinfeksi serta jatuh sakit dirawat ke rumah sakit.[asa]
