Connect with us

Pemerintahan

Indonesia Bangun Sistem Pemantauan Restorasi Gambut Tropis

Published

on

SONGDO, KOREA SELATAN – Kantor Staf Presiden memantau program prioritas nasional terkait restorasi gambut. Untuk itu, KSP mengapresiasi inisiatif pengembangan sistem monitoring restorasi lahan gambut yang dibangun oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) sebagai hal positif dan diharapkan terus diupdate hingga menjadi reliable.

Sistem ini diharapkan dapat membantu memverifikasi tugas KSP memantau program prioritas nasional terkait restorasi gambut. Dalam rangka memperbaiki kualitas sistem tersebut, secara paralel BRG disarankan untuk berkoordinasi dengan KLHK dan Lembaga lain terkait.

Pernyataan itu disampaikan Tenaga Ahli Madya Kedeputian II Kantor Staf Presiden Hageng Nugroho dalam ‘Asia Pacific Forestry Week 2019’ di Songdo, Korea Selatan, 17-24 Juni 2019 lalu. Konferensi ini membahas berbagai hal dan keadaan untuk memastikan kelestarian hutan dan pemanfaatannya. Acara tersebut diikuti oleh hampir seluruh negara di Asia dan Pasifik dengan nama Asia Pacific Forestry Week.

Dalam kesempatan itu, perwakilan dari KSP diundang oleh Badan Restorasi Gambut untuk menjadi salah satu pembicara dan sekaligus membuka sesi pada tanggal 19 Juni 2019 dengan tema ‘Diskusi dan Demonstrasi Sistem Monitoring Restorasi Gambut Tropis’.

“Untuk memastikan hasil kerja restorasi yang komprehensif, BRG diharapkan dapat menggiatkan kerja membantu penguatan kegiatan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah lahan gambut,” tegas Hageng.

Sesi ini diisi oleh pembicara Deputi Perencanaan dan Kerjasama dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Budi S. Wardhana dan Adam Gerrand selaku Officer Kehutanan dari Food and Agriculture Organisation (FAO).

Apresiasi untuk BRG

Pada paparan pertama, Budi S. Wardhana memaparkan tentang awal mula latar belakang didirikannya Badan Restorasi Gambut (BRG) di Indonesia dan tugas-tugas serta capaian yang telah dilakukan. Paparan kemudian dilanjutkan dengan demontrasi langsung sistem monitoring restorasi lahan gambut yang dibangun oleh BRG. Budi menjelaskan bahwa sistem ini dibangun selama satu setengah tahun dan mendapatkan pendanaan dari berbagai sumber.

Dalam sistem baru yang disebut PRIMS (Peatland Restoration Information and Monitoring System) tersebut, ada beberapa informasi yang bisa diakses secara online yaitu; data perencanaan kegiatan restorasi (pembuatan kanal blocking, sumur bor, revegetasi dan revitalisasi), Indikator tinggi muka air, kpcex kelembaban tanah, partner kerjasama, dan deteksi lahan yang kehilangan pohon.

Pada paparan kedua, Adam Gerrand menjelaskan pentingnya membangun sistem monitoring berbasis satelit dan manfaat dari pengumpulan data menggunakan remote sensing.

Dalam paparannya Adam juga menyampaikan kekurangan dari penggunaan data remote sensing via satellite, yaitu antara lain delay dan akurasinya butuh dicek secara regular. Pemutakhiran sistem dan verifikasi data tersebut menjadi sangat perlu untuk meningkatkan keandalan sistem dan manfaat bagi pengguna.

Sebagai penutup sesi, diadakan sesi tanya jawab dan diskusi seputar sistem monitoring dan pengembangan ke depan. Kantor Staf Presiden selaku narasumber yang diundang dalam sesi tersebut mengucapkan terimakasih kepada BRG dan seluruh audiens yang hadir termasuk lembaga lain yang terlibat.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *