Connect with us

Opini

JAROS 24: IEDUL FITRI & KEMBALI MEREVITALISASI SPRIT ORISINALITAS SANTRI

Published

on

Oleh: Hasanudin (Ketum Jaros 24)

Setelah sebulan penuh umat islam berpuasa Ramadhan, menahan segala hawa nafsu makan, minum, berhubungan suami istri (puasa awam), mengontrol indra (puasa khusus) dan mengendalikan bathin (puasa khowasil khowas/lebih khusus) dari ragam godaan, maka para shoimim (pelaksana puasa) setelah bersusah payah menahan dan mngontrol hawa nafsu, mereka layak untuk kembali pada kesucian jiwa dan rohani (Imam Al Qurtubi). Pantas untuk melakukan selebrasi, merayakan hari raya iedul fitri. Berlebaran dan berpesta menikmati segala hidangan yang di saat puasa dilarang untuk menikmatinya.

Para shoimin, kembali pada kefitrian sesuai potensi orisinalitas sejak dilahirkan, hasil ciptaan Allah SWT. Dengan kefitrian itu manusia akan bersikap, berpikir dan bertindak sesuai kecendrungan jiwa serta ruhani yang baik dan positif sehingga melahirkan manfaat bagi manusia dan jagad alam semesta sebagai manivestasi makna rahmatan lil alamiin.

Sejalan dengan spirit iedul fitri, Jaros 24 mencoba menapaki jejak spirit orisianal kesantrian yang ditanamkan para kiyai. Mencoba merevitalisasi dan mengadopsi spirit perjuangan para ulama/kiyai dan santri terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penajajahan pihak Asing (Belanda, Jepang, Inggris dll).

Kini kalangan santri Jaros 24, dituntut mewujudkan harapan para kiyai untuk merealisasikan nilai-nilai kehdupan yang mulya ; iys kariiman aw mut syahidaan; ‘hidup yang mulya atau mati syahid’. Sebuah pepatah dan petuah yang menuntut santri bertindak partisipatif dalam arena kehidupan termasuk dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga dapat memberikan perubahan dan manfaat bagi kehidupan umat dan bangsa yang adil dan sejahtera.

Kiprah santri yang produktif, berbasis ilmu pengetahuan dapat melahirkan sikap dan tindakan santri yang terukur dan bermanfaat maksimal.

Seiring dengan itu, santri Jaros 24 dan kalangan santri pada umumnya dituntut untuk mengadopsi spirit perjuangan para pahlawan santri di era perjuangan dengan menjaga eksistensi bangsa dan negara dari para petualang politik yang memanfaat ruang terbuka demokrasi secara tak bertanggungjawab; membangun narasi dan retorika konfrontatif yang mengarah pada perpecahan bangsa.

Maka santri sebagai pewaris spirit perjuangan santri dan para ulama-kiyai terdahulu harus mengambil peran taktis strategis agar mampu mengantisipasi dan mengeliminasi setiap narasi dan aksi para petualang oportunis penjual sentiment agama, sentimen nasionalisme sempit dan para politisi hitam. Sehingga keutuhan bangsa dan negara dapat dijaga seutuhnya oleh spirit orisinal kebangsaan santri yang telah terwarsikan sejak era perjuangan fisik melalui rangkai pertempuran heroik dan sengit yang dilegimitas oleh fatwa perlawanan terhadap penjajah dari Syekhul Akbar KH. Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945. Perlawanan santri itu kemudian bereskalasi memuncak di pertempuran 10 November 1945 yang dikomandoi langsung oleh Bung Tomo dengan gaya retoris perjuangan yang membakar semangat para santri untuk berperang habis-habisna melawan penjajah demi tegaknya kemerdekan dan kedauatan negara kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu, hari ini, peran santri Jaros 24 harus kembali pada kefitrian dan orisinalitas perjuangan melawan setiap anasir kekuatan domestik ataupun global yang mencoba coba hendak mengganti dasar negara, mengacak-ngacak tatanan hukum, merusak kehidupan harmonis antar umat dan bangsa Indonesia.

Jaros 24 akan melindungi tegaknya negara Republik Indonesia sebagai rumah bersama seluruh komponen bangsa untuk menciptakan kehidupan yang adil makmur sebagai reflekasi kehidupan yang negeri Saba: baldatun thayibatun warabbun ghoffuur. (negeri penuh kebaikan kemakmuran yg diampuni oleh Tuhan Maha Pengampun) Semoga. Wallahu alam bishowwaab.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *