Politik
Pemilu 2019 Jadi Yang Terberat Sepanjang Sejarah Indonesia

Kabarpolitik.com, JAKARTA – Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mempredikasi Pemilihan Umum Serentak 2019 sebagai yang terberat dalam sejarah demokrasi Indonesia.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini dalam diskusi ‘Kesiapan KPU Menyelenggarakan Pemilu Serentak Tahun 2019’ di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jalan Imam Bonjol, Jakartam Selasa (18/12).
“Pemilu 2019 adalah pemilu yang paling berat yang akan diselenggarakan oleh kita dalam perjalanan sebuah bangsa. Hal terberat dalam konteks teknisnya,” ujar Titi.
Menurutnya, dalam hal penyelenggaraan, tidak ada pemilu yang seberat tahun depan. Dibandingkan dengan Pemilu 1999 meskipun dilaksanakan di masa transisi memasuki era Reformasi. Begitu juga dibandingkan dengan Pemilu 2004, 2009, dan 2014.
“Dari sisi beban, tidak pernah ada yang seberat 2019. Misalnya, sebagai ilustrasi yang sederhana tidak ada negara lain surat suara yang seperti ini, beberapa negara memang belum banyak ratusan calon yang terbagi dalam lima posisi akan dipilih dalam waktu bersamaan, hari yang sama, TPS yang sama,” papar Titi.
Sehingga, Pemilu 2019 menjadi pemilu serentak dalam satu hari terbesar di dunia dengan tantangan kompleksitas sistem yang akan dihadapi.
“Pertama, KPU punya tantangan untuk menyelenggarakan pemilu yang kompleks dan rumit sehingga bisa terselenggara dengan baik. Bisa dibayangkan ada tiga ratusan ribu calon yang berkompetisi untuk merebut 30 ribu posisi,” kata Titi.
“Lalu kemudian dengan surat suara yang terdiri dari dua ribu lebih desain, itu bukan pekerjaan yang mudah. Surat suara yang harus dicetak pun hampir satu miliar. Jadi, kompleksitas teknis itu menjadi tantangan bagi penyelenggara pemilu,” tambahnya.
Lebih dari itu, KPU juga punya tantangan bagaimana publik mendapatkan informasi yang benar mengenai proses pemilu. Hal itu agar publik tidak terjebak dalam kebohongan, pengaruh menyesatkan atau tekanan.
“Karena sekarang kita di tengah masyarakat yang terdikotomi di antara dua kekuatan politik besar, kalau tidak 01 ya 02,” imbuh Titi. [wah]
