Internasional
Tiongok Klaim Sebagian Besar Muslim Uighur yang Ditahan di Xinjiang Telah Dikembalikan
Kabarpolitik.com, BEIJING — Muslim Uighur yang sebagian besar dikirim ke pusat penahanan massal di Xinjiang, Tiongkok saat ini telah kembali ke masyarakat.
Begitu kata Wakil Ketua Dewan Xinjiang, Alken Tuniaz dalam sebuah pengarahan di Beijing, Selasa (30/7).
“Saat ini, sebagian besar orang yang telah menerima pelatihan telah kembali ke masyarakat, kembali ke rumah,” kata Tuniaz.
Tetapi dia menolak memberikan perkiraan berapa banyak warga yang telah kembali ke masyarakat. Dia hanya menyebut bahwa jumlahnya dinamis dan sebagian besar dari mereka berhasil mendapatkan pekerjaan.
Tuniaz dalam kesempatan yang sama juga mengecam pandangan buruk internasional soal pusat penahanan itu.
“Masing-masing negara dan media berita memiliki motif tersembunyi, telah membalikkan yang benar dan yang salah, dan memfitnah dan mencoreng (Tiongkok),” jelasnya, seperti dimuat Reuters.
Pusat penahanan muslim Uighur itu diketahui menjadi sorotan dunia sejak beberapa waktu terakhir. Pakar dan aktivis Amerika Serikat mengatakan setidaknya 1 juta etnis Uighur, dan anggota kelompok minoritas muslim lainnya, telah ditahan di pusat penahanan di wilayah barat itu.
Tiongkok menggambarkan kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan untuk membantu membasmi ekstremisme agama dan mengajarkan keterampilan kerja baru.
Selama ini, Pemerintah Tiongkok membantah kabar keberadaan satu juta Muslim Uighur yang ditahan di kamp interniran. Bantahan tersebut menyusul keprihatinan yang diajukan oleh anggota komite hak asasi manusia PBB, bahwa wilayah Xinjiang, telah berubah menjadi sesuatu yang mereka sebut menyerupai kamp interniran besar-besaran dan dilakukan secara rahasia.
Sebelumnya, pakar hak asasi manusia Gay McDougall, yang merupakan anggota Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial, pada pekan lalu menyoroti sebuah laporan yang menyebutkan, lebih dari satu juta etnis Uighur dan minoritas Muslim Turki lainnya, ditahan di pusat-pusat kontra-ekstremisme.
“Setidaknya terdapat dua juta orang yang dipaksa ikut dalam pelatihan pendidikan ulang untuk ‘indoktrinasi politik dan budaya’,” kata McDougall beberapa waktu lalu, saat menyebut temuan beberapa kelompok hak asasi manusia.
Tidak terima dengan tuduhan tersebut, seorang pejabat Negeri Tirai Bambu itu pun menampik kabar tersebut dalam sebuah penampilannya di hadapan komite pada hari Senin, menekankan jika semua warga Xinjiang, termasuk warga Uighur, menikmati kebebasan dan hak yang sama.
Ma Youqing, salah satu dari 50 pejabat tinggi China, mengatakan: “Argumen yang menyebutkan bahwa ada satu juta orang Uighur yang ditahan di pusat-pusat pendidikan ulang, adalah sangat tidak benar.” (jp)