Politik
Usai Pelaksanaan Reuni 212, Elektabilitas Jokowi Malah Naik 1 Persen

Kabarpolitik.com, JAKARTA – Meski bukan masuk dalam gerakan politik praktis, pelaksanaan reuni alumni 212 sempat dikhawatirkan bakal menggerus elektabilitas pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf. Namun, hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan fakta lain.
Dalam hasil survei yang dilakukan pasca pelaksanaan reuni 212, LSI memaparkan bahwa gerakan tersebut tak berdampak apapun dengan elektabilitas pasangan calon yang berkontestasi di pilpres 2019. Bahkan bila ditelaah, pasangan petahana cenderung mengalami kenaikan sedikit.
Pada November 2018, tepatnya sebelum pelaksanaan reuni 212, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf masih pada posisi 53,2 persen, sementara Prabowo-Sandi sebesar 31,2 persen. Namun usai reuni yang dihadiri jutaan umat itu, elektabilitas petahana justru naik 1 persen ke 54,2 persen dan rivalnya turun 0,6 persen menjadi 30,6 persen.
“Pasca reuni 212, elektabilitas kedua capres tidak banyak berubah dan cenderung stagnan,” kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Jakarta, Rabu (19/12).
Analisis Adjie, setidaknya ada lima hal yang menjadi faktor utama gerakan reuni alumni 212 cenderung tidak punya efek elektoral ke kedua paslon. Pertama, mayoritas reuni 212 sudah memiliki sifat yang sulit dipengaruhi mengenai NKRI bersyariah milik Habib Rizieq Shihab.
“Hanya sebesar 12,8 persen dari mereka yang menyatakan suka dengan reuni 212 menyatakan pro dengan NKRI bersyariah,” katanya.
Alasan lainnya, kata dia, pasca reuni 212, sebagian pendukung paslon 01 maupun pendukung paslon nomor urut 02 sama-sama mengalihkan dukungan. Artinya, kedua paslon saling mendapatkan insentif dukungan dari rivalnya pasca gerakan tersebut.
Selanjutnya, kepuasan kinerja Jokowi yang dipersepsikan masih tinggi menjadi faktor penentu elektabilitas kubu petahana tidak tergerus. Apalagi, tingkat kepuasan mantan Wali Kota Solo itu masih di level 70 persen.
“Artinya reuni 212 tidak banyak memengaruhi kepuasan publik,” ungkapnya.
Terakhir, imbuh dia, peran Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi dapat menepis tudingan isu agama yang diarahkan kepada kubu petahana. Ditambah lagi, reuni 212 ini dinilai berbeda dengan aksi bela Islam di pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
“Jokowi berbeda dengan Ahok, LSI Denny JA menemukan bahwa publik menilai Jokowi bukanlah musuh bersama umat Islam,” pungkasnya.
Informasi saja, LSI Denny JA melakukan survei pada tanggal 5-12 Desember 2018. Responden yang terlibat dalam survei ini sebanyak 1.200 orang. Adapun metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error 2,8 persen. (aim/JPC)
