Connect with us

Internasional

Aturan Diperketat, Anak-anak di Uni Eropa Dibatasi Bermain Game

Published

on

Kabarpolitik.com – Industri game adalah salah satu bidang yang tumbuh dengan sangat cepat saat ini. Inilah yang banyak diinvestasikan oleh banyak perusahaan teknologi dari kelas rumahan sampai raksasa seperti Google, Microsoft, Apple, dan banyak lagi.

Akan tetapi, seperti banyak ceruk lainnya, ada masalah serius di dalamnya terkait dengan perlindungan hak pengguna atau konsumen. Inilah yang menjadi fokus Parlemen di Uni Eropa (UE) sekarang.

Para deputi memberikan perhatian khusus pada perlindungan hak-hak anak. European Parliament (EP) juga memutuskan untuk mendukung segmen video game dan menetapkan beberapa aturan di industri tersebut.

Laporan tersebut disiapkan oleh MEP Adriana Maldonado López (Spanyol) dan menerima 577 suara setuju, 56 menentang, dan 15 abstain. Laporan tersebut berbunyi bahwa pemain video game harus memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap praktik manipulatif dan kecanduan bagi anak-anak.

Melalui akun Twitter resminya, Adriana menerangkan aturan tersebut, studio yang membuat game untuk anak-anak harus mempertimbangkan usia dan hak mereka. Penulis laporan tersebut juga mengatakan bahwa sektor video game memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar namun membutuhkan dukungan.

Laporan tersebut juga menyerukan aturan yang disepakati untuk memberi orang tua kontrol yang baik atas permainan apa yang dimainkan anak-anak. Berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh buah hati mereka untuk bermain game juga termasuk yang diperhatikan.

Parlemen Eropa meminta info yang lebih jelas tentang konten, kebijakan pembelian dalam game, dan kelompok usia target game. Selain itu, pengembang game harus menghindari membuat game yang membuat ketagihan dan mempertimbangkan usia dan lagi-lagi terkait hak anak, apa yang boleh dan tidak boleh bagi anak.

Selain itu, pengembang video game tidak boleh menawarkan apa yang disebut praktik penambangan emas. Istilah ini mengacu pada penjualan item yang diperoleh dalam game dengan uang sungguhan. Parlemen Eropa menyebut kalau praktik ini bisa terkait dengan kejahatan keuangan dan melanggar hak asasi manusia

Selain itu, anggota EP ingin pengembang game menganalisis dampak dari loot box. Ini adalah fitur dalam video game yang dapat diakses selama bermain game atau dapat dibayar dengan uang sungguhan.

Dengan kata lain, mereka adalah paket misteri yang berisi berbagai item. Jadi pemain tidak tahu apa yang mereka dapatkan sampai mereka membukanya. Misalnya, tampilan baru untuk avatar dan item yang memengaruhi gameplay (seperti alat, senjata, level, peta, dll).

Tidak sia-sia, EP berjuang melawan loot box. Misalnya, pada 2018, pasar video game Eropa menghasilkan EUR 21 miliar atau berkisar Rp 341,5 triliun. Angka tersebut mewakili pertumbuhan 15 persen tahun-ke-tahun.

Sebanyak 34 persen omset adalah hasil dari pembelian dalam aplikasi dan program berbayar yang juga menyertakan loot box. Yang terakhir menimbulkan masalah perlindungan pembeli potensial. Karena mekanisme hadiah acak, loot box disebut sangat mirip dengan perjudian.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *