Connect with us

Nasional

Buku Pengalaman Serdadu Westerling Diluncurkan di Unhas

Published

on

Kabarpolitik.com, MAKASSAR — Sebuah buku yang memuat pengalaman salah seorang serdadu Kapten Westerling, yang melakukan aksi pembersihan dan pemberontakan di Indonesia, terutama di Sulawesi Selatan akan diluncurkan di kampus Unhas, 5 Oktober mendatang.

Buku tersebut berjudul; Di Belanda Tak Seorang Pun Mempercayai Saya, Korban Metode Westerling di Sulawesi Selatan 1946-1947. Terbit 2018 dengan ketebalan 2.988 halaman. Ditulis oleh Maarten Hidskes, dengan kata pengantar Anhar Gonggong.

Hal itu disampaikan Marketing dan Distribusi Yayasan Pustaka Obor Indonesia Edy Susanto selaku penerbit dalam rilisnya, Senin (24/9).

”Sesuai rencana, buku ini akan dibedah oleh dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas Andi M Akhmar. Turut hadir Sekretaris Pengurus Harian Yayasan Pustaka Obor Indonesia Andreas Haryono,” tulis Edy Susanto.

Buku ini , menurut Edy, memuat pengalaman hidup orang tua penulis buku ini Piet Hidskes. Pada Juli 1946 ia mendaftarkan diri sebagai sukarelawan pada Depot Speciale Troopen (DST, Depot Pasukan Khusus).

Korps elite dari Koninklijke Nederlansch-Indisch Leger (Pasukan Hindia-Belanda) di bawah komando Kapten Westerling yang menerima carte blanche, menumpas pemberontakan di Indonesia dan melakukan aksi-aksi pembersihan.
Setelah mengikuti pelatihan selama enam bulan, Hidskes ditempatkan di Sulawesi Selatan. Dia kemudian terlibat dalam ‘Peristiwa Sulawesi Selatan’. Hidskes tidak menceritakan kepada siapapun apa yang terjadi di sana. Siapa yang akan mempercayainya?

Ketika dia meninggal dunia 1992, cerita itu dia bawa masuk ke liang lahat.

Kenapa dia selama lima puluhan tahun membungkam diri tentang semua pengalamannya di Sulawesi Selatan? Sejauhmana keterlibatannya dalam pelaksanaan aksi-aksi pasukan Westerling dilakukannya dengan sukarela?

Anaknya, Maarten Hidskes, memutuskan menyelidiki peran ayahnya di Sulawesi sampai mendasar. Dia mendapatkan kepercayaan dari beberapa mantan tentara komando dari regu pasukan ayahnya, menganalisis surat-surat yang dikirim ayahnya dari Hindia. Serta mempelajari laporan-laporan intelijen tentang teror di Sulawesi.

Dengan cara yang mengharukan, Maarten berhasil menyusun rekonstruksi masa lalu perang dari ayahnya ini. (rls)

source

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *