Connect with us

Opini

Duka Covid-19 & Lara Puasa

Published

on

Muhammad Syukur Mandar

Oleh: Muhammad Syukur Mandar (Praktisi Hukum & Pemerhati Covid-19)

(Renungan tentang covid-19, yang menyebarkan musibah dan mendatangkan sejumlah berkah, meskipun banyak diantara kita yang diapit duka Covid-19, dan banyak pula yang nyaris hilang asa, kita harus tetap kuat dan menjadi manusia yang selalu bersyukur & berserah diri pada Allah, jadikanlah hidupmu, matimu, hanya untuk Allah)

Berat beban ini, jika covid-19 kita maknai sekedar sebagai musibah. Banyak diantara kita tak henti-hentinya teteskan air mata, diantaranya mengenang keluarga tercinta, sebagian lainnya kekurangan kebutuhan makanan ditengah puasa ramadhan. Ada hikmah besar dibalik mereka yang pergi akibat ganasnya Covid-9, mereka adalah sahid karena terserang wabah, dan insya Allah khusnul khotimah karena meninggal dibulan mulia ini. Banyak pula diantara kita tak luput dalam hilang asa, hilang harapan dan tak tau tempat mengadu. Bagi-bagi bantuan terus digalakan, namun yang membutuhkan semakin bertambah, jumlahnya tak akan berbanding dengan sembako yang dibagikan.

Duka covid-19 sungguhlah dalam, nasib mereka yang dirumahkan, malangnya mereka yang hilang pekerjaan dan tidak dapat pesangon, akibatnya banyak diantara kita yang hidangan sahur dan buka puasa seadanya, ini tak seperti biasanya, begitu celoteh mereka rakyat jelata yang malang nasibnya. Suka cita kita rasakan akibat covid-19, sungguhlah menyayat hati, tatkala ramadhan datang bersamaan dengan duka covid-19. Bulan ini maha mulia, bulan sangatlah istimewa, bagi mereka kaum muslimin, bulan bukan untuk duka lara, tetapi untuk kegembiraan, kegembiraan dalam menghaturkan sujud dan melantunkan doa, dalam tradisi sholat tarawih dan tadarus, bulan ini harusnya membuat mereka istirahat dari letihnya menggais potongan sampah plastic hendak dijualnya, bulan ini hendak membuat para kuli panggul istirahat dari kerasnya pekerjaannya. Sungguh covid-19 ini menyempurnakan iman kita, sungguh covid-19 ini menambah berat beban ujian kita.

Diseantero dunia, luka lara berkecamuk, gemuruh covid-19 yang terus meneror kita, manusia-manusia waras, manusia-manusia yang hebat, kelimpungan memikirkan apa obatnya dan bagaimana menghentikannya, banyak yang jadi pikun, Amerika Negara besar dan super canggih, menjadi rapuh dan pikun para ilmuannya, hingga panik dan menyuntikkan disinfektan kedalam tubuh banyak orang dan akibatnya meninggal dunia. Covid-19 tak pandang pangkat, jabatan, kuasa, miskin dan kaya, semua diteror bah teroris yang ganas ditaliban yang tak peduli kemanusiaan. Covid-19, datang dalam gerak cepat dan menghentak seluruh bumi dan isinya, tragis rasanya, tetapi nyata adanya, dunia menjadi sunyi dan sepi dari keramaian, sampai-sampai manusia hebat dengan kuasa seperti Donald Trump, ketakutan dan dikabarkan rajin datang kegereja, apakah ini nestapa atau suatu keniscayaan atas kuasa Allah yang diremehkan oleh mereka yang sok mengatur dunia?.

Didepan mata adalah kematian, begitulah kesimpulan teror covid-19, manusia waras hilang nyali seketika dan menganggap covid 19 sebagai malaikat pencabut nyawa. Bahkan kita lupa bahwa yang mencabut bukanlah covid-19 melainkan malaikat izrail. Yang tak kalah menyibukan kita adalah jumlah orang mati karena ajalnya telah tiba, diskenariokan sebagai akibat covid-19, padahal covid-19 dan penyakit jantung, atau apapun penyakit, tatkala ajal datang, maka penyakit adalah menjadi penyebab dan atau perantara. Padahal banyak jumlah orang yang sembuh tatkala melawan covid-19, ada yang melawan dengan meminum daun-daunan (obat herbal), ada yang sembuh dengan dzikir semata, ada pula yang sembuh dengan pengobatan medis, semua itu juga adalah perantara karena belum tiba waktunya dijemput ajalnya.

Duka covid-19 ditengah lara puasa ramadhan adalah boleh jadi cerita pertama diabad ini yang memungkinkan tak akan ada pada abad lainnya. Covid-19 memang tak hanya membawa petaka, melainkan membawa berkah, keberkahan covid-19 bisa kita simak pada cerita tentang sepinya hiruk pikuk dunia malam yang gemerlap, dunia sontak seketika terhenti dari menjamurnya jualan prostitusi, yang menariknya, semua orang sibuk dan seketika berubah dari kebiasaan lamanya, lebih ingat harta, cinta jabatan, menjadi lebih ingat Allah, lebih cinta Allah. Semua berdiam diri dan beribadah bersama keluarga dirumah. Semua sibuk beri judul tentang kesibukan rumahnya untuk menjadi top new didinding dinding medsos. covid-19 ini, telah menyatukan banyak keluarga yang sibuk urusan dunia, menjadi sibuk ingat sang pencipta. Semua itu adalah berkah besar dan rencana Allah yang tak kita ketahui. Allah berifrman yang Artinya: “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Bencana covid-19 adalah soal kemanusiaan, ramadhan adalah bulan penuh pengampunan, jangan lencangkan baju kebesaranmu, jangan pamer kuasamu dan jangan sombongkan kebijakanmu, tatkala semua menunduk dan hanya engkau yang seolah merasa berdiri dan menolong, jangan ambil keuntungan politik dibalik ini, jangan pula ambil kesempatan perkaya diri, lakukan semuanya yang engkau bisa sebagai pemangku jabatan, dengan amanah, penuh hikmah dan sungguh-sungguh karena Allah, karena itu akan menjadi pelengkap dan penyempurna ibadah puasamu. Menahan diri untuk jauh dari hirup pikuk, menahan diri untuk tidak kemesjid, bukan melawan perintah, tetapi menjalankan ikhtiar yang telah diwariskan pada Nabi dan Rasul, khalifah sebelum kita, yakinkan bahwa covid ini berkah ramadhan, membuat kita lebih khusu berpuasa, berbagilah dengan berhadap ridho Allah, karena disitulah rasa dan naluri kemanusiaan kita bangun sebagai monument sejarah hidup kita. Semoga covid-19 segera berakhir. Amin YRA.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *