Connect with us

Politik

Gobel Terus Gelorakan Edukasi Politik Bermoral

KWANDANG (31 Januari): Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) yang juga Ketua DPW Partai NasDem Gorontalo, Rachmat Gobel, selalu memukau massa yang menghadiri kampanyenya dan tak beranjak menyimak orasinya.

Padahal pidatonya bukan teriakan menggebu, bukan janji-janji melangit, atau kritikan pedas ke siapa pun.

“Politik saya adalah politik pembangunan dan politik kesejahteraan. Saya datang membawa konsep dan visi,” ungkap Gobel di Desa Pontolo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Selasa (30/1).

Dalam setiap kampanyenya, Gobel rata-rata menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk berorasi. Di hari Selasa (30/1), ia seharian berkeliling di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Ia memulai dengan menghadiri Festival Pasar Pangan di Desa Pontolo, Kecamatan Kwandang. Kegiatan ini memang bukan kampanye. Gobel datang selaku anggota DPR, sehingga tak ada atribut partai dan tak ada orasi. Gobel hanya memberikan sambutan singkat dan hanya memonitor pasar murah bahan-bahan sembako.

Selanjutnya Gobel berkampanye di wilayah yang dekat dengan perbatasan Sulawesi Tengah. Kampanye pertama di Desa Bulontio Barat, Kecamatan Sumalata. Kampanye kedua di Desa Tolinggula Tengah, Kecamatan Tolinggula.

Untuk menuju ke kawasan tersebut harus melalui jalan naik-turun bukit dengan rute berkelok-kelok tajam dan di atas tebing dengan salah satu sisinya jurang yang menghadap ke laut.

Di kejauhan tampak laut dan pulau-pulau kecil, dan di sisi-sisi lain terdapat bukit-bukit indah yang hijau. Kadang melewati sungai dengan air yang jernih berbatu-batu. Ladang jagung menjadi pemandangan yang elok di sepanjang perjalanan.

Dalam setiap kampanyenya, Gobel selalu mengedukasi masyarakat tentang politik bermoral. Walau kampanye tersebut bukan tema yang seksi, ia selalu menggunakan ilustrasi yang sederhana dan diselingi kisah jenaka.

Salah satu faktor yang membuat massa tekun menyimak adalah karena faktor pesona pribadi dan karakter Rachmad Gobel serta ketokohan dan kepercayaan masyarakat terhadap keluarga Gobel.

Gobel menyampaikan tentang bahaya dan keburukan money politics, pembangunan sumberdaya manusia, pengentasan kemiskinan, visi 2051, pembangunan pelabuhan internasional Anggrek, pembangunan pertanian dan kelautan, pengembangan kawasan ekonomi khusus pangan, dan sebagainya.

Selain itu, ia juga melaporkan kepada masyarakat tentang apa saja yang sudah ia lakukan sebagai anggota DPR sejak dilantik pada Oktober 2019. Semuanya tentang bagaimana agar Gorontalo terbebas dari kemiskinan dan menjadi sejahtera.

“Provinsi Gorontalo dibentuk agar mandiri, maju, dan sejahtera. Sejak berdiri tahun 2000 hingga sekarang Gorontalo selalu tertata rapi menjadi provinsi termiskin kelima di Indonesia. Ini karena salah urus dan tidak becus mengurusnya,” katanya.

“Ketika masuk politik pada 2017, teman-teman saya di Jepang bertanya, untuk apa saya masuk politik. Apa yang dicari? Saya sendiri kadang bingung juga mengapa masuk politik. Mungkin ini sudah menjadi jalan Tuhan. Namun sebelum ayah saya wafat, beliau berwasiat agar membangun Gorontalo. Cari uang di Jakarta, namun keuntungannya harus untuk Gorontalo. Saat itu usia saya masih 22 tahun, masih kuliah. Saya belum paham benar apa maksudnya. Kini, setelah saya masuk politik, saya menjadi paham. Dengan terjun ke politik, saya keliling ke pelosok-pelosok. Sejak 2019, sudah 500-600 titik yang sudah saya kunjungi. Saya dihadapkan pada potret kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat Gorontalo. Sebagai anak tentu ingin membahagiakan orangtuanya. Namun kedua orangtua saya sudah tidak ada. Maka dengan mengamalkan wasiatnya, semoga orangtua saya bisa bahagia di sana. Cuma itu yang bisa saya lakukan. Semoga ini menjadi ibadah,” katanya.

Gobel mengatakan, mayoritas masyarakat Gorontalo menjadi petani dan nelayan. Tanah Gorontalo juga luas. Lalu ia melakukan uji coba menanam padi dan jagung. Hasilnya dua kali lipat lebih banyak daripada yang masyarakat tanam.

Ia juga menguji coba menanam singkong. Hasilnya luar biasa, satu batang mencapai 30 kg, padahal umumnya 5 kg atau paling banter 15 kg per batang.

“Jadi tanah Gorontalo sangat subur. Petani bisa makmur jika dibuatkan ekosistemnya. Kasih bibit dan pupuk yang bagus. Jadi, APBD harus berpihak kepada petani dan nelayan. Bayangkan satu hektare singkong bisa menghasilkan Rp450 juta jika harga singkong Rp1.500 per kg,” katanya.

Lalu Gobel menyimpulkan bahwa salah satu penyebab salah urus itu adalah karena money politics atau di Gorontalo disebut sebagai politik mea-mea atau biu-biu.

“Money politics itu membeli suara. Ini tidak bertanggung jawab dan merusak masyarakat,” katanya.

Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk tidak memilih kandidat yang melakukan money politics.

“Kalau minta mea-mea, jangan ke saya dan jangan pilih saya,” katanya.

Lalu ia bertanya, “Pilih mea-mea atau pilih program?” Massa berseru, “Pilih program!!!”

Gobel pun mengatakan, “Jika ada yang kasih mea-mea, jangan pilih orang tersebut. Orang itu akan mengkhianati bapak dan ibu,” tegas Gobel

Gobel juga menjelaskan bahwa bansos, sembako, dan bantuan langsung tunai merupakan hak rakyat dan dibeli dengan uang rakyat.

“Jadi itu hak bapak dan ibu,” katanya.

Ia juga menerangkan bahwa semua itu bukan solusi untuk melawan kemiskinan.

“Solusi untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan menciptakan lapangan kerja dan membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya. Bukan dengan bansos,” katanya.

“Bansos, sembako, dan mea-mea itu kondisi darurat dan bersifat sementara. Itu seperti makanan yang manis-manis. Harus secukupnya saja, nanti menjadi macam-macam penyakit. Yang utama adalah ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Membangun itu harus dengan hati. Bukan dengan mea-mea,” pungkas Gobel.

(nasihin/*)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *