Connect with us

Politik

Guru Harus Jadi Garda Terdepan Cegah Bibit Ekstremisme

JAKARTA (28 November): Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, berharap guru menjadi garda terdepan mencegah bibit ekstremisme. Hal tersebut merespons pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait siswa sekolah yang rentan terpapar radikalisme.

“Saya sepakat sekali, guru harus jadi garda terdepan dalam mencegah tersebarnya paham radikalisme terorisme. Karena anak-anak muda, sebut saja yang rentang usianya 13-18 tahun, itu kan, paling banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah,” ujar Sahroni, Senin (27/11).

Legislator Partai NasDem itu menyadur pernyataan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Solihuddin Nasution yang menyebut rentang umur anak muda yang mudah terpapar radikalisme yakni usia 13-32 tahun.

Sahroni mengatakan BNPT perlu menjadikan ini fokus baru pengawasan dan penanggulangan terorisme.

BNPT diminta mengoptimalkan edukasi kepada para guru terkait metode pencegahan paham radikal terorisme kepada para murid.

“Untuk itu BNPT harus mengoptimalkan pelatihan kepada para guru, kalau perlu BNPT beri tugas khusus yang akan dimonitor secara berkala,” ujar Sahroni.

Di sisi lain, Sahroni tak menutup mata banyaknya sekolah yang tersebar di Indonesia, sehingga membuat BNPT tak memungkinkan untuk menghampiri sekolah satu per satu.

“Jadi walaupun tidak memungkinkan bagi BNPT untuk menghampiri seluruh sekolah, maksud dan tujuan program ini minimal harus terdengar oleh setiap guru. Caranya bagaimana? Bisa adakan seminar pelatihan di tiap wilayah, bisa juga diadakan secara online, kampanye melalui medsos, dan sebagainya. Karena ini menyangkut pemahaman para guru soal penggunaan metode yang paling efektif untuk para muridnya,” tambah Sahroni.

Sahroni mengusulkan agar BNPT bekerja sama dengan sekolah-sekolah di setiap provinsi. Caranya, dengan menggelar kegiatan edukasi-pencegahan secara langsung kepada para murid.

“Tapi minimal BNPT harus kunjungi perwakilan sekolah di setiap provinsi secara berkala. Adakan kegiatan edukasi untuk para murid. Agar ada tindakan konkretnya, tidak sekedar instruksi abstrak kepada para guru,” tukasnya.

(medcom/*)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *