Politik
Oposan Diminta tak Membuat Panik Masyarakat soal Rupiah
Jakarta: Oposisi diminta tidak membuat panik masyarakat dengan memainkan isu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Optimisitis dibutuhkan guna mengatasi masalah itu.
“Yang dibutuhkan jangan mengeluh jangan saling serang. Yang dibutuhkan menjaga psikologis masyarakat kita agar tidak panik,” kata Sekjen PKB Abdul Kadir Karding kepada Medcom.id, Minggu, 9 September 2018.
Karding mengatakan saling serang dan menyalahkan dalam kondisi saat ini tidaklah bijak. Masalah rupiah, kata dia, tidak bisa dibebankan kepada Presiden Joko Widodo semata.
“Tapi masalah bangsa Indonesia. Mari bersatu, bergotong royong, mari kita menjadi negarawan,” tegas Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin itu.
Karding menjelaskan kondisi rupiah saat ini tidak bisa disamakan dengan krisis pada 1998. Pelemahan rupiah saat ini hanya sekitar 9 persen. Beda dengan 1998 yang mencapai 300 persen.
Pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar tidak hanya dialami Indonesia. Beberapa negara berkembang lainnya mengalami hal yang sama, malah lebih buruk.
“Karena faktor perang dagang Cina dan Amerika. Yaitu Argentina, Venezuela, India, dan beberapa negara lain justru menerima dampak yang lebih besar,” jelas dia.
Bank dunia juga mengakui fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik. Termasuk, upaya-upaya yang diambil pemerintah dalam mengantisipasi pelemahan.
Juru bicara tim kampanye nasional Jokowi-Ma’ruf Taufiqulhadi senada. Dia menjelaskan pada 1998 Indonesia sejatinya punya potensi keluar dari krisis.
Banyak bantuan asing datang. Indonesia kala itu juga harusnya bisa memiliki pemasukan banyak dari sektor perminyakan.
“Walaupun berkah banyak sekali saat itu, mertua Pak Prabowo (Soeharto) membuat negara ini tidak kuat sama sekali,” ucap Anggota Dewan Pakar Partai NasDem itu.
(OJE)