Politik
Pilkada Sumsel 2024, Pengamat: Party ID Sangat Rendah, Pemilih Parpol di Pileg Tidak Otomatis Memilih Paslon di Pilgub
Pelaksanaan Pilkada Sumsel tinggal hitungan bulan. Ada tiga pasangan bakal calon yang sudah mendaftar dan sedang dalam proses seleksi administrasi dan pemenuhan syarat kesehatan. Ketiga pasang bakal calon yangbsudah terdaftar itu adalah Herman Deru-Cik Ujang (HDCU), Eddy Santana Putra-Riezky Aprilia (Eddy-Riezky), dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (Matahati).
Peneliti Lembaga Survei Konsep Indonesia, Aldo Serena menyebut dari ketiga paslon tersebut pasangan Herman Deru -Cik Ujang adalah yang paling besar peluangnya untuk memenangkan Pilgub Sumsel 2024. Pasalnya dari ketiga figur bakal calon gubernur yang ada, elektabilitas Herman Deru paling tinggi.
“Saat ini elektabilitas Herman Deru sudah hampir tembus 70 persen. Sementara Mawardi dan Eddy Santana masing-masing di bawah 15 persen,” kata Aldo sebagaimana disampaikan kepada media, Sabtu (31/8).
Aldo menyebut dengan waktu yang tersisa kurang dari 3 bulan lagi, sulit bagi lawannya untuk mengejar elektabilitas Herman Deru. Terkecuali selisihnya menurut Aldo masih di bawah 10 persen.
Sementara itu kubu Mawardi meyakini mereka akan unggul karena merasa didukung 10 parpol. Tim pemenangan Matahati, Amrah Muslimin menyebut komitmen parpol dengan infrastruktur yang ada, nantinya akan mengungguli pasangan HDCU.
“Fakta sekarang ini dari suara sah dari parpol yang mendukung Matahati diangka 50,58 persen atau sekitar 2,7 juta,” ungkapnya.
Pengamat politik Octarina Soebardjo dari Stratak Indonesia menyebut anggapan suara yang diraih parpol pengusung otomatis akan tumplek blek memilih paslon yang diusungnya tidaklah tepat. Itu karena karakteristik pemilih di pemilu legislatif berbeda jauh dengan pemilu kepala daerah.
Octarina menyebut ada banyak sekali data yang bisa diakses yang menunjukkan party identity sangat rendah. Data Indikator Politik Indonesia misalnya menyebut hanya hanya 6,8 persen menyatakan bahwa ada partai politik yang dirasa dekat. Selebihnya, 92,3 persen, menjawab tidak ada.
Pada beberapa survei dari lembaga kredibel lainnya, Party ID yang rendah terlihat kembali pada jawaban responden atas pertanyaan “Sebagai pemilih dalam pemilihan anggota DPR, apakah Ibu/Bapak lebih merasa diwakili oleh orang yang Ibu/Bapak pilih sebagai anggota DPR atau lebih merasa diwakili oleh partai politik asal anggota DPR tersebut?”. 46 persen responden menyatakan merasa lebih terwakili oleh anggota DPR. Hanya 28,1 persen responden menjawab merasa lebih terwakili oleh partai politik.
“Data soal party id ini konsisten. Itu artinya sentimen terhadap partai rendah sekali. Kalau sentimen terhadap partai baik, pemilih akan merasa diwakili oleh partai, bukan oleh anggota parlemen. Jadi caleg lebih banyak menentukan elektabilitas partai, pemilih lebih banyak memilih caleg ketimbang logo partainya,” jelasnya kepada media, Ahad (1/9).
Octarina menambahkan, jika tim pemenangan memiliki keyakinan bahwa pemilih parpol dalam pileg 2024 akan otomatis memilih paslongub dan wagub di Pilkada 2024, maka siap-siap saja untuk kecewa di ujung senja saat hari pencoblosan. Saat quick count diumumkan, dapat diduga keyakinan seperti itu akan disesali.
“Dalam pilkada, figur sangat menentukan dibanding parpol pengusung. Tugas parpol utamanya adalah mengusung dan mendaftarkan ke KPUD, setelah itu kerja dan kinerja serta strategi pemenangan para paslon akan sangat menentukan,” pungkasnya.