Connect with us

Internasional

Viral Permainan Lato-lato, Berawal dari Argentina untuk Berburu Hewan

Published

on

Kabarpolitik.com – Permainan anak lato-lato saat ini sedang viral atau menjadi tren. Kehadiran lato-lato menjadi alternatif di tengah maraknya permainan game online yang disukai anak-anak. Meski dianggap sebagai permainan yang kaya akan kearifan lokal, lato-lato ternyata bukan berasa dari Indonesia.

Lato-lato berasal dari kata Bolas yang merupakan permainan dari Argentina. Dari laman Flight Toys disebutkan bolas awalnya memiliki tali sepanjang 84 centimeter dan berat sekitar 500 gram. Bola terbuat dari pasir padat (seperti batu) dan dilapisi kulit.

Digunakan untuk Berburu

Bolas atau boleadora adalah alat berburu primitif yang awalnya digunakan oleh orang Tiongkok, Eskimo, dan Indian di Amerika Selatan. Bolas adalah alat lempar yang terbuat dari pemberat di ujung tali yang saling berhubungan, dirancang untuk menangkap hewan dengan menjerat mereka (kaki, sayap). Lato-lato paling terkenal digunakan oleh para gaucho atau pemburu di Amerika Selatan.

Gaucho menggunakan bola untuk menangkap ternak atau hewan buruan yang sedang berlari. Caranya dengan mengayunkannya dan kemudian melepaskan bolanya. Bola biasanya digunakan untuk menjerat kaki hewan, tetapi jika dilempar dengan kekuatan yang cukup, diketahui dapat mematahkan tulang.

Ilustrasi seorang pembeli bersama anaknya sedang menawar harga permainan lato-lato. (ANTARA/Luthfia Miranda Putri)

Tidak ada desain yang unik. Kebanyakan bolas memiliki dua atau tiga bola, tetapi ada versi hingga 8 bola. Beberapa bolas memiliki bola dengan berat yang sama, yang lain memvariasikan simpul dan kabelnya.

Bola dengan tiga pemberat biasanya didesain dengan dua kabel lebih pendek dengan bobot lebih berat, dan satu kabel lebih panjang dengan bobot ringan. Bolas juga dapat diberi nama tergantung pada jumlah bobot yang digunakan.

Bolas jenis bola perdida bahkan digunakan untuk melawan manusia.  Ada juga yang menyebut latto dengan clackers. Di Indonesia lebih populer dengan sebutan lato-lato. Nama tersebut berasal dari bahasa Bugis dan berubah menjadi ‘katto-katto’ di Makassar.

(jp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *