Politik
Nizar Kherid, dari Wartawan Menuju Senayan
YOGYAKARTA (16 September): Nama Muhammad Nizar Kherid masuk ke dalam jajaran Bacaleg muda Partai NasDem untuk DPR RI dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta.
Karier mantan wartawan TV Swasta Nasional itu di bidang industri media bisa dibilang cukup moncer.
Nizar mengawali kariernya sebagai wartawan sejak Mei 2012 di usianya yang ke 26 hingga Oktober 2018. Dia menjabat Kepala Biro di DIY-Jateng. Dengan posisi tersebut, Nizar melengkapi pengalamannya sebagai awak redaksi sekaligus pimpinan wilayah di perusahaan media.
Nizar mengaku pencalonannya bukan asal maju. Dia dipersiapkan sejak lama oleh Ketua DPW NasDem DIY Subardi, yang juga Anggota DPR RI. Subardi, yang karib disapa Mbah Bardi itu menilai Nizar memiliki kualifikasi menuju Senayan.
“Saya diajukan Mbah Bardi sebagai senior dan mentor saya. Tentu pertimbangannya karena dianggap mampu dan juga sebagai kaderisasi,” kata Nizar yang juga menjabat Wakil Ketua DPW Partai NasDem DIY bidang Komunikasi Publik, baru-baru ini.
Berpengalaman sebagai wartawan, Nizar mengaku pencalonannya karena terinsipirasi dengan tokoh-tokoh kemerdekaan yang berlatar belakang jurnalis. Sebut saja Abdul Moeis, Abdurrahman Baswedan, Adam Malik, Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, hingga Mohammad Natsir. Menurutnya, Para sesepuh bangsa itu berhasil membangun bangsa Indonesia dengan pemikiran dan pengorbanannya.
“Sjahrir menjadi pelopor gerakan sumpah pemuda. Natsir dan Hatta adalah pemikir dan penulis, sempat mendirikan kantor berita. Abdul Moeis, AR Baswedan dan Adam Malik sejak muda sudah aktif sebagai pewarta. Mereka punya idealisme yang ditempa sejak menjadi wartawan,” terang Nizar.
Nizar mengaku ingin mengikuti jejak para tokoh republik untuk terjun ke dunia politik. Itulah kenapa, selepas menjadi wartawan aktif, dia berlanjut ke dunia politik dengan menjadi Tenaga Ahli DPR sejak 2019.
“Para tokoh kemerdekaan itu berproses sebagai wartawan sebelum terjun ke dunia politik. Pemikiran mereka visioner, terlatih idealis sejak wartawan. Mereka inspirasi saya,” ucap peraih Cumlaude Magister Hukum Tata Negara Undip Semarang itu.
Selama menjadi wartawan di Yogyakarta, Nizar banyak meliput beragam potret masyarakat Yogyakarta. Secara sosiologis, tantangan di Yogyakarta adalah kesenjangan sosial. Meski demikian, dia mengapresiasi kesungguhan Pemprov dan Pemkab se-DIY dalam membangun banyak infrastruktur, termasuk pembangunan sektor pariwisata yang semakin tertata.
“Dari perspektif jurnalis, saya bisa memahami masyarakat Jogja bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah percepatan kesejahteraan,” tambah dia.
Peneliti “Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955 – 2019 Sebuah Perspektif Pluralisme Hukum” itu juga dalam berbagai kesempatan kerap berpesan bahwa hak pilih bukan komoditas musiman yang bisa dijual-belikan.
Politik transaksional diakui dia akan melahirkan wakil rakyat yang tidak berkualitas.
“Perlu kesadaran moral untuk memilih anggota DPR yang mumpuni. Saya mengajak masyarakat terutama anak muda, ayo kita bersama membangun parlemen responsif. Parlemen yang solutif untuk persoalan bangsa,” demikian tambahnya.
(WH)