Politik
Di Forum Parlemen OKI, Rahayu Saraswati Angkat Isu Tarif AS dan Diplomasi Budaya

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI sekaligus Anggota Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP), Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menyoroti sejumlah isu penting dalam pertemuan Parlemen Negara-Negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC). Salah satu perhatian utamanya adalah dampak tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap industri nasional.
“Kami sangat prihatin terhadap kondisi industri dalam negeri, terutama akibat tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Karena itu, dalam beberapa hari terakhir kami membahas berbagai alternatif kebijakan untuk melindungi sektor industri yang terdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung,” ujar Saraswati di Gedung Nusantara, DPR RI, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Ia menegaskan bahwa Indonesia tengah mendorong kebijakan yang responsif dan inklusif guna menghadapi tantangan global. Salah satu pendekatan yang menjadi fokus adalah penguatan pertukaran budaya antar negara anggota PUIC untuk meningkatkan pemahaman dan solidaritas lintas bangsa.
“Pertukaran budaya sangat penting untuk menciptakan saling pengertian yang lebih mendalam antar masyarakat. Kesetaraan dan inklusivitas dalam memandang sesama adalah kuncinya,” tambahnya.
Saraswati juga menyoroti posisi strategis Indonesia dalam forum negara-negara Islam. Meskipun Indonesia bukan negara Islam secara konstitusional, ia menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin kerja sama antarnegara anggota PUIC.
“Indonesia jelas merupakan salah satu negara paling berpengaruh dalam forum ini. Meski kita adalah republik, bukan negara Islam, kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari pihak yang mendorong terbentuknya aliansi baru yang membawa manfaat nyata bagi seluruh anggota PUIC,” tegasnya.
Saat ditanya mengenai konflik antara Pakistan dan India, Saraswati menegaskan bahwa forum ini tidak secara khusus membahas satu konflik regional, melainkan lebih menitikberatkan pada pendekatan kolektif terhadap berbagai tantangan global.
“Forum ini memang membahas berbagai konflik, namun tidak terbatas pada satu kawasan saja. Kami selalu berupaya mengangkat agenda-agenda yang berdampak luas dengan semangat perdamaian dan kerja sama, bukan memperkuat perpecahan,” pungkasnya.
