Connect with us

Daerah

Dahsyatnya Dinasti Politik di Kepri, Bapak-Anak dan Suami-Istri Sama-sama Maju di Pilkada 2020

Published

on

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kepulauan Riau (Kepri) tahun ini terasa berbeda jika dibandingkan dengan Pilkada periode lalu, yang digelar tahun 2015. Pasalnya, pilkada Kepri kali ini selain bakal diikuti tiga pasangan calon, juga banyak muncul isu yang jadi perbincangan banyak kalangan. Diantara isu yang menjadi sorotan adalah soal dinasti politik dan isu kepemimpinan perempuan yang dinilai memiliki peran penting dalam merebut hati dan simpati masyarakat.

Isu dinasti politik memang kerap menjadi momok yang muncul pada setiap gelaran Pemilu di Indonesia. Apalagi kini jagat maya diramaikan dengan ikut sertanya anak kandung dan mantu presiden dan anak kandung wakil presiden pada pilkada serentak 2020. Diketahui anak kandung presiden maju di Pilkada Solo, anak kandung wapres maju di Pilkada Tangsel dan menantu presiden maju di Pilkada Medan.

Di Pilkada Kepri malah lebih dahsyat, itu karena anak kandung dan ayahnya sama-sama ikut pilkada serentak, juga suami dan istri sama-sama maju di pilkada 2020 ini. Sistem pilkada yang tak melarang anak yang ayahnya sedang berkuasa untuk ikut kontestasi demikian juga tak ada larangan anak dan ayah atau suami istri ikut pilkada berbarengan di daerah yang sama hanya beda tingkatan, membuat politik dinasti tumbuh subur. Kesempatan seleksi pemimpin menjadi terbatas karena anak para penguasa dan atau istri dari suami yang berkuasa ikut dalam kontes dengan segala manfaat dari kekuasaan yang digenggam keluarganya.

Terkait isu dinasti politik di Kepri, aktivis mahasiswa Universitas Batam (Uniba) Adi Saputra berpendapat, dinasti politik yang melingkupi perebutan kekuasaan di level lokal hingga nasional mengakibatkan substansi demokrasi sulit diwujudkan.

“Kasus di Kepri, Suami istri sama-sama maju, Pak Rudi maju di pileako Batam sementara istrinya maju di pilgub Kepri. Ada juga Ansar, anaknya maju di Pilbup Bintan, Ansar sendiri turun di pilgub Kepri. Ini kan patut dipertanyakan, apa tidak ada orang lagi di Kepri ini yang bisa maju?” ujarnya kepada media di kawasan Batam Center, Jum’at (24/7).

Dengan menggemanya isu dinasti politi, Adi menyebut kaderisasi kepemimpinan menjadi terbatas, hanya keluarga yang kuasa, yang punya akses, yang punya uang yang bisa maju. Ujungnya jabatan seperti diwariskan kepada anak istri. (kp)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *