Connect with us

Opini

“Firehouse of Falsehood” yang Digagalkan Ratna Sarumpaet, Benarkah?

Published

on

PASCA-pengakuan ibu Ratna Sarumpaet (RS), kita banyak disuguhkan pendapat banyak pihak tentang apa yang disebut dengan skenario firehouse of falsehood. Saya sengaja memanggil beliau Ibu RS. Karena biar bagaimana pun beliau ada aktivis senior, dan saya tahu sepak terjang beliau dalam sejumlah gerakan. Firehouse of falsehood adalah satu skenario propaganda yang menggunakan “kepalsuan atau dusta.” Firehouse of Falsehood untuk lebih detailnya banyak diulas di sejumlah artikel dan bisa mentrekingnya langsung.

Modus operandi ini sebenarnya beda-beda tipis dengan “operasi bendera palsu” (false flag operation), yaitu sebuah operasi dengan mengkambinghitamkan suatu kasus dengan tujuan agar opini masyarakat memercayai apa yang telah mereka (pemerintah) lakukan dan apa yang mereka katakan.

Dalam kasus 11 September WTC sempat disebut-sebut sebagai false flag operation, untuk menguatkan alasan negara-negara adidaya memborbardir kawasan Timur Tengah guna menjarah kekayaan atas sumber daya alam, khususnya minyak.

Sudahlah, kita tak membahas itu. Kita kembali ke Ibunda RS. Dan maaf sebelumnya, ini hanya perspektif penulis merunut dari puzzle-puzzle yang coba dikumpulkan. Saya bersyukur Ibunda RS dalam konferensi persnya mengaku harus menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya. Terlebih keinginan itu timbul setelah ia menunaikan Salat Tahajud. “Stop” begitu dalam hatinya. Saya berharap kata “stop” itu adalah getaran Hidayah dari Sang Khalik.

Anda bisa bayangkan jika beliau tidak mengklarifikasi, kemungkinan skema kepalsuan tadi bergulir dengan “goal isues” kekerasan yang dialami Ibunda RS “mencederai demokrasi.” Tinggal di blow-up melalui media mainstream oleh tokoh-tokoh oposisi media darling, plus pernyataan di akun-akun pribadi sosial media yang kemudian banyak di-retweet dan diserbu oleh pasukan sosial media tim (cyber army).

Aksi demonstrasi kekerasan yang dialami Ibunda RS juga sudah direncanakan. Sejumlah poster wajah Ibunda RS sudah disiapkan. Ini menjadi bukti, bahwa jika tidak terungkap skenario ini bisa berlanjut.

Masing-masing tokoh politik oposisi sudah berbagi peran. Yang saya agak heran, dalam kasus ini tidak banyak elite-elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang muncul ke permukaan. Saya tidak menyebut Fahri Hamzah sebagai tokoh PKS, lantaran dia kini tengah berseteru dengan elite partai tersebut. Bisa jadi, PKS dalam skenario ini tidak dilibatkan.

Jika bergulir maka ujungnya adalah menanamkan cap “anarkis-main hakim sendiri” kepada kubu Jokowi-KMA. Ini sudah barang tentu merugikan, karena bisa mengubah persepsi publik. Ditambah lagi desakan para oposisi kepada aparat kepolisian untuk mengusut tuntas insiden penganiayaan tersebut. Jika tak kunjung direspon, maka kepolisian dituduh lamban.

Tapi keadaan berbalik, skema menjadi berantakan. Alhasil skema pun berubah. Ibunda RS berbalik dituduh sebagai penipu, pembohong. Para tokoh dibelakang Ibunda RS ramai-ramai mengatakan bahwa mereka adalah “korban” penipuan. Yang tadinya diakui menjadi “tidak akui.”

Klarifikasi pun dilakukan, Capres-Cawapres Prabowo-Sandi beserta para elite tim pemenangan meminta maaf, dan menyebut mereka menjadi korban kebohongan Ibunda RS di hadapan para awak media.

Perang di media sosial pun berubah haluan, ramai-ramai menghujat Ibunda RS, mengaku-ngaku menjadi korban, bahkan membuat tagar #BapakHoaksNasional yang ditujukan kepada figur Jokowi,dengan mengulas janji-janji Jokowi yang katanya belum terealisasi, untuk mengimbangi isu negatif yang tertuju kepada para oposisi. Fantastis.

Skenario ini memang menyiapkan opsi-opsi jika terbongkar. Salah satunya adalah menuduh aktor tunggal, dalam kasus ini tak lain adalah Ibunda RS. Sedangkan mereka yang ikut serta dalam perencanaan, akan ramai-ramai cuci tangan, layaknya escape plan.

Saya pribadi berterima kasih kepada Ibunda RS, terlepas sosoknya selalu memicu pro-kontra, dalam konteks ini sudah berani menyampaikan kebenaran. Dari kasus ini kita bisa belajar bu….., maka ada yang lebih berkuasa dibandingkan manusia, Dialah Sang Khalik.

Terus terang bu, saya masih penasaran dan menunggu pengakuan ibu, tentang siapa dimaksud “Setan” yang membisiki ibu, apakah setan dalam dimensi astral atau setan yang berbentuk manusia.

(sumber: Kompasiana)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *